Cerita Mesum Bergambar Bercinta Dengan Ibu Dosen Hot |
Kebetulan di rumah itu hanya aku yang
laki-laki. Mulanya aku bilang sama kakak perempuanku, “Sudah, aku pisah rumah
saja atau kos di tempat”, tapi kakakku ini saking sayangnya padaku, ya saya
tidak diperbolehkan pisah rumah. Kita pun tinggal serumah dengan tiga teman
wanita kakakku.
Cerita Mesum Bergambar Bercinta Dengan Ibu Dosen Hot
Ada satu diantara mereka sudah jadi dosen
tapi di Universitas lain, Ibu Yani namanya. Kita semua memanggilnya Ibu maklum
sudah umur 38 tahun tapi belum juga menikah. Ibu Yani bertanya, “Eh, kamu
akhir-akhir ini kok sering ngelamun sih, ngelamunin apa yok? Jangan-jangan
ngelamunin yang itu..”
“Itu apanya Bu?” tanyaku.
Memang dalam kesehari-harianku, ibu Yani tahu
karena aku sering juga curhat sama dia karena dia sudah kuanggap lebih tua dan
tahu banyak hal. Aku mulai cerita,
“Tahu nggak masalah yang kuhadapi? Sekarang
aku baru putus sama pacarku”, kataku.
“Oh.. gitu ceritanya, pantesan aja dari
minggu kemarin murung aja dan sering ngalamun sendiri”, kata Ibu Yani.
Begitu dekatnya aku sama Ibu Yani sampai
suatu waktu aku mengalami kejadian ini. Entah kenapa aku tidak sengaja sudah
mulai ada perhatian sama Ibu Yani. Waktu itu tepatnya siang-siang semuanya pada
kuliah, aku sedang sakit kepala jadinya aku bolos dari kuliah.
Siang itu tepat jam 12:00 siang saat aku
bangun, eh agak sedikit heran kok masih ada orang di rumah, biasanya kalau
siang-siang bolong begini sudah pada nggak ada orang di rumah tapi kok hari ini
kayaknya ada teman di rumah nih. Aku pergi ke arah dapur.
“Eh Ibu Yani, nggak ngajar Bu?” tanyaku.
“Kamu kok nggak kuliah?” tanya dia.
“Habis sakit Bu”, kataku.
“Sakit apa sakit?” goda Ibu Yani.
“Ah.. Ibu Yani bisa aja”, kataku.
“Sudah makan belum?” tanyanya.
“Belum Bu”, kataku.
“Sudah Ibu Masakin aja sekalian sama kamu
ya”, katanya.
Dengan cekatan Ibu Yani memasak, kita pun
langsung makan berdua sambil ngobrol ngalor ngidul sampai-sampai kita membahas
cerita yang agak berbau seks. Kukira Ibu Yani nggak suka yang namanya cerita
seks, eh tau-taunya dia membalas dengan cerita yang lebih hot lagi. Kita pun
sudah semakin jauh ngomongnya. Tepat saat itu aku ngomongin tentang perempuan
yang sudah lama nggak merasakan hubungan dengan lain jenisnya.
“Apa masih ada gitu keinginannya untuk itu?”
tanyaku.
“Enak aja, emangnya nafsu itu ngenal usia
gitu”, katanya.
“Oh kalau gitu Ibu Yani masih punya keinginan
dong untuk ngerasain bagaimana hubungan dengan lain jenis”, kataku.
“So pasti dong”, katanya.
“Terus dengan siapa Ibu untuk itu, Ibu kan
belum kawin”, dengan enaknya aku nyeletuk.
“Aku bersedia kok”, kataku lagi dengan
sedikit agak cuek sambil kutatap wajahnya. Ibu Yani agak merah pudar entah apa
yang membawa keberanianku semakin membludak dan entah kapan mulainya aku mulai
memegang tangannya.
Dengan sedikit agak gugup Ibu Yani
kebingungan sambil menarik kembali tangannya, dengan sedikit usaha aku harus
merayu terus sampai dia benar-benar bersedia melakukannya.
“Okey, sorry ya Bu, aku sudah terlalu lancang
terhadap Ibu Yani”, kataku.
“Nggak, aku kok yang salah memulainya dengan
meladenimu bicara soal itu”, katanya.
Dengan sedikit kegirangan, dalam hatiku
dengan lembut kupegang lagi tangannya sambil kudekatkan bibirku ke dahinya. Dengan
lembut kukecup keningnya.
Ibu Yani terbawa dengan situasi yang kubuat,
dia menutup matanya dengan lembut. Juga kukecup sedikit di bawah kupingnya
dengan lembut sambil kubisikkan, “Aku sayang kamu, Ibu Yani”, tapi dia tidak
menjawab sedikitpun.
Dengan sedikit agak ragu juga kudekatkan
bibirku mendekati bibirnya. Cup.. dengan begitu lembutnya aku merasa kelembutan
bibir itu. Aduh lembutnya, dengan cekatan aku sudah menarik tubuhnya ke rangkulanku,
dengan sedikit agak bernafsu kukecup lagi bibirnya. Dengan sedikit terbuka
bibirnya menyambut dengan lembut. Kukecup bibir bawahnya, eh.. tanpa kuduga dia
balas kecupanku.
Kesempatan itu tidak kusia-siakan. Kutelusuri
rongga mulutnya dengan sedikit kukulum lidahnya. Kukecup, “Aah.. cup.. cup..
cup..” dia juga mulai dengan nafsunya yang membara membalas kecupanku, ada
sekitar 10 menitan kami melakukannya, tapi kali ini dia sudah dengan mata
terbuka. Dengan sedikit ngos-ngosan kayak habis kerja keras saja.
“Aah.. jangan panggil Ibu, panggil Yani aja
ya!
Kubisikkan Ibu Yani, “Yani kita ke kamarku
aja yuk!”.
Dengan sedikit agak kaget juga tapi tanpa
perlawanan yang berarti kutuntun dia ke kamarku.
Kuajak dia duduk di tepi tempat tidurku. Aku
sudah tidak tahan lagi, ini saatnya yang kutunggu-tunggu.
Dengan perlahan kubuka kacing bajunya satu
persatu, dengan lahapnya kupandangi tubuhnya. Ala mak.. indahnya tubuh ini, kok
nggak ada sih laki-laki yang kepengin untuk mencicipinya. Dengan sedikit
membungkuk kujilati dengan telaten.
Pertama-tama belahan gunung kembarnya. “Ah..
ssh.. terus Man”, Ibu Yani tidak sabar lagi, BH-nya kubuka, terpampang sudah
buah kembar yang montok ukuran 34 B. Kukecup ganti-gantian, “Aah.. ssh..”
dengan sedikit agak ke bawah kutelusuri karena saat itu dia tepat menggunakan
celana pendek yang kainnya agak tipis dan celananya juga tipis, kuelus dengan
lembut, “Aah.. aku juga sudah mulai terangsang.
Kusikapkan celana pendeknya sampai terlepas
sekaligus dengan celana dalamnya, hu.. cantiknya gundukan yang mengembang.
Dengan lembut kuelus-elus gundukan itu, “Aah.. uh.. ssh.. Man kamu kok pintar sih,
aku juga sudah nggak tahan lagi”, sebenarnya memang ini adalah pemula bagi aku,
eh rupanya Yani juga sudah kepengin membuka celanaku dengan sekali tarik aja
terlepas sudah celana pendek sekaligus celana dalamku. “Oh.. besar amat”,
katanya. Kira-kira 18 cm dengan diameter 2 cm, dengan lembut dia mengelus
zakarku, “Uuh.. uh.. shh..” dengan cermat aku berubah posisi 69.
Kupandangi sejenak gundukannya dengan pasti
dan lembut. Aku mulai menciumi dari pusarnya terus turun ke bawah, kulumat
kewanitaannya dengan lembut, aku berusaha memasukkan lidahku ke dalam lubang
kemaluannya, “Aah.. uh.. ssh.. terus Man”, Yani mengerang. “Aku juga enak Yani”,
kataku.
Dengan lembut di lumat habis kepala
kemaluanku, di jilati dengan lembut, “Assh.. oh.. ah.. Yani terus sayang”,
dengan lahap juga kusapu semua dinding lubang kemaluannya, “Aahk.. uh.. ssh..”
sekitar 15 menit kami melakukan posisi 69, sudah kepengin mencoba yang namanya
bersetubuh. Kurubah posisi, kembali memanggut bibirnya.
Sudah terasa kepala kemaluanku mencari sangkarnya.
Dengan dibantu tangannya, diarahkan ke lubang kewanitaannya. Sedikit demi
sedikit kudorong pinggulku, “Aakh.. sshh.. pelan-pelan ya Man, aku masih
perawan”, katanya. “Haa..” aku kaget, benar rupa-rupanya dia masih suci.
Dengan sekali dorong lagi sudah terasa licin.
Blesst, “Aahk..” teriak Yani, kudiamkan sebentar untuk menghilangkan rasa
sakitnya, setelah 2 menitan lamanya kumulai menarik lagi batang kemaluanku dari
dalam, terus kumaju mundurkan. Mungkin karena baru pertama kali hanya dengan
waktu 7 menit Yani.. “Aakh.. ushh.. ussh.. ahhkk.. aku mau keluar Man”,
katanya. “Tunggu, aku juga sudah mau keluar akh..” kataku.
Tiba-tiba menegang sudah lubang kemaluannya
menjepit batang kemaluanku dan terasa kepala batang kemaluanku disiram sama air
surganya, membuatku tidak kuat lagi memuntahkan.. “Crot.. crot.. cret..” banyak
juga air maniku muncrat di dalam lubang kemaluannya. “Aakh..” aku lemas habis,
aku tergeletak di sampingnya. Dengan lembut dia cium bibirku, “Kamu menyesal Man?”
tanyanya. “Ah nggak, kitakan sama-sama mau.”
Kami cepat-cepat berberes-beres supaya tidak
ada kecurigaan, dan sejak kejadian itu aku sering bermain cinta dengan Ibu Yani
hal ini tentu saja kami lakukan jika di rumah sedang sepi, atau di tempat
penginapan apabila kami sudah sedang kebelet dan di rumah sedang ramai. sejak
kejadian itu pada diri kami berdua mulai bersemi benih-benih cinta, dan kini
Ibu Yani menjadi pacar gelapku.
Cerita Sex, Cerita
Panas, Cerita Bokep, Cerita Mesum, Cerita Hot, Cerita Sex Bergambar, Cerita Sex
Panas, Cerita Bokep Seks, Cerita Sex sedarah, Cerita Sex Tante, Kisah Seks, Cerita
Panas, Cerita Mesum, Cerita Seks, Cerita ML
Tidak ada komentar:
Posting Komentar