Cerita Seks Kakak Ipar Ku Nikmat Sekali Meskipun Janda |
Mbak Tami
berusia 45 tahun. Suaminya sudah meningal 3 tahun lalu karena sakit. Orangnya
cantik, putih, dan tinggi semampai. Lebih tepatnya anggun karena orangnya
cenderung diam dan sangat religius. Selama di Jakarta, setiap ada kesempatan
aku dan istriku mengajak mbak Tami jalan-jalan, maklum ini kunjungan pertamanya
ke Jakarta, biasanya ke mal karena waktunya sempit. Kami sudah berencana pas
hari Minggu akan jalan-jalan ke Taman Safari.
Cerita Seks Kakak Ipar Ku Nikmat Sekali Meskipun Janda
Namun
istriku ternyata punya tugas mendadak dari kantor yaitu harus mengawasi pameran
di Mangga Dua. Gagal deh rencana jalan-jalan ke Taman Safari. Istriku
mengusulkan agar aku tetap mengantar mbak Tami jalan-jalan misalkan ke
Ancol saja dan pulangnya bisa jemput istriku di Mangga Dua. Sebetulnya aku agak
males kalo nggak ada istriku. Aku merasa risih harus jalan berdua karena dia
orangnya pendiam.
Akupun
menduga mbak Tami pasti nggak mau. Tapi tanpa di duga ternyata dia menyetujui
usul istriku.
Pagi-pagi banget
istriku sudah berangkat naik KRL dari stasiun Pondok Ranji. Rumahku yang
didaerah Bintaro cukup jauh dari Mangga Dua dan Ancol. Sementara menunggu mbak
Tami yang lagi jalan-jalan pagi aku sendirian dirumah menyeruput kopi dan
merokok.
Kami
berencana jalan jam 9 pagi. Sehabis ngopi dan merokok, aku kembali
tidur-tiduran di kamarku menunggu jam. Pikiranku melayang membayangkan kakak
istriku ini. mbak Tami sangat menarik perhatianku secara seksual. Jeleknya aku,
mulai keluar. Aku tertantang menaklukkan wanita baik-baik, aku tertantang
menaklukkan mbak Tami. Mumpung ada kesempatan. Dasar setan selalu mencari
kesempatan menggoda.
Ku atur
jebakan untuk memancing mbak Tami. Aku buru-buru mandi membasuh badan dan
keramas.
Dengan
berlilit handuk aku menunggu kepulangan mbak Tami dari olahraga paginya.
Sekitar 10
menit aku menunggu dibalik gorden dan kulihat mbak Tami memasuki pagar depan
dengan pintu besi yang agak berderit. Sengaja pintu rumah aku tutup tapi
dibiarkan tak terkunci. Aku berlalu menuju kamarku dan segera memasang jebakan
untuk mengejutkan mbak Tami. Aku masuk kamarku dan segera bertelanjang bulat.
Pintu kamar kubuka lebar-lebar, jendela kamar juga ku buka biar isi kamar
mendapat penerangan jelas.
Kudengar
pintu depan berbunyi seperti ditutup. Akupun mulai beraksi. Dengan bertelanjang
bulat aku menunggu mbak Tami melewati kamarku dengan harapan dia melihat tubuh
dan juniorku yang sedari tadi berdiri tegak membayangkan petualangan ini.
Handuk kututupkan ke kepala seolah-olah sedang mengeringkan rambut yang basah
sehabis keramas.
Aku
berpura-pura tidak melihat dan tidak menyadari kehadirannya dari balik handuk
yang kusibak sedikit, kulihat sepasang sepatu kets melintas kamarku. Aku yakin
mbak Tami pasti melihat tubuhku yang polos dengan junior yang tegak
berdiri.
Nafsuku
semakin menggeliat ketika ku amati dari balik handuk sepasang sepatu yang
tadinya hampir melewati kamarku kini seperti terpaku berhenti di depan kamar
tanpa beranjak. Aku semakin aktif menggosok-gosok rambutku dan berpura-pura tak
tau kalo ada orang.
Beberapa
detik aku berbuat begitu dan aku merencanakan sensasi berikut. Dengan tiba-tiba
kuturunkan handuk dan menengok ke arah pintu kamar. Aku pura-pura kaget menyadari
ada orang. “Eeee… Maaf mbak Tami, aku kira nggak ada orang” kataku seraya
mendekati pintu seolah-olah ingin menutup pintu.
Aku tidak
berusaha menutup kemaluanku yang menantang. Malah kubiarkan mbak
Tami terdiam memandangi tubuhku yang polos mendekat kearahnya.
Dengan
tenangnya seolah aku berpakaian lengkap kudekati mbak Tami dan sekali lagi
memohon maaf.
“Maaf ya mbak Tami, aku terbiasa seperti ini. Aku nggak sadar kalau ada tamu dirumah ini” kataku sambil berdiri didepan pintu mau menutup daun pintu.
Tiba-tiba
seperti tersadar mbak Tami bergegas meninggalkanku sambil berkata “Iiiya ,
tidak apa-apa…..”.
Dia langsung
masuk ke kamar belakang yang diperuntukkan kepadanya selama tinggal dirumahku.
Aku kemudian memakai celana pendek tanpa CD dan mengenakan kaos oblong lantas mengetok
pintu kamar mbak Tami. “Ada apa Deni” ujar mbak Tami setelah membuka
pintu.
Kulihat dia
tidak berani menatapku. Mungkin malu. Membaca situasi seperti itu, aku tidak
menyiakan kesempatan. “Mbak Tami, maafkan Deni ya… aku lupa kalau ada tamu
dirumah ini” kataku merangkai obrolan biar nyambung.
“Nggap
apa-apa, cuma mbak Tami malu hati, sungguh mbak Tami malu melihat
kamu telanjang tadi” balasnya tanpa mau menatap aku.
“Kenapa
musti malu? Kan nggak sengaja, apa lagi mbak Tami kan sudah pernah menikah
jadi sudah biasa melihat yang tegak-tegak seperti itu” kataku memancing
reaksinya.
“Sejujurnya
mbak Tami tadi kaget setengah mati melihat kamu begitu. Yang mbak
Tami malu, tanpa sadar mbak Tami terpaku didepan kamarmu. Jujur
aja mbak Tami sudah lama tidak melihat seperti itu jadi mbak
Tami seperti terpana” katanya sambil berlari ketempat tidurnya dan mulai
sesenggukan.
Aku jadi nggak
tega. Ku dekati mbak Tami dan kuberanikan memegang pundaknya seraya menenangkannya.
“Sudahlah
nggak usah malu, kan cuma kita berdua yang tau” Melihat reaksinya yang diam
saja, aku mulai berani duduk disampingnya dan merangkul pundaknya.
Ku usap-usap
rambutnya agak lama tanpa berkata apa-apa. Ketika kurasa sudah agak tenang ku sarankan
untuk mandi aja.
Ku tuntun
tangannya dan sekonyong-konyong setan mendorongku untuk memeluk saat mbak Tami sudah
berdiri didepanku. Lama kupeluk erat, mbak Tami diam saja.
Mukanya
diselusupkan di dadaku. Payudaranya yang masih kencang serasa menempel
didadaku. Sangat terasa debar jantungnya. Perlahan tangan ku ku selusupkan ke
balik kaos bagian belakang berbarengan dengan ciumanku yang mendarat
dibibirnya.
“Jangan Den…
Dosa” katanya sambil melepaskan diri dari pelukanku. Namun pelukanku tidak mau
melepaskan tubuh sintal yang sedang didekapnya. Dalam usaha kedua mbak Tami sudah
menyerah.
Bibirnya
dibiarkan ku lumat walau masih tanpa perlawanan. Ku coba lagi menyelusupkan
tangan dibalik kaosnya, kali ini bagian depan. Tangan kanan yang menggerayang
langsung pada sasaran… Puting susu sebelah kiri. Mbak Tami menggeliat.
Pilinan
jariku di payudaranya membuat nafsunya naik. Aku tau dari desiran nafasnya yang
mulai memburu. Aku heran juga dengan wanita ini, tetap diam tanpa perlawanan.
Mungkin ini style wanita baik-baik. Bagusnya, semua apa yang kulakukan tidak
ada penolakan. Seperti dicocok hidungnya mbak Tami menurut saja dengan apa
yang kulakukan terhadapnya.
Perlahan ku buka
kaosnya, ku buka celana panjang training pack-nya, ku buka Bh nya, ku buka
CD-nya, mbak Tami diam saja. Ku bopong tubuhnya ketempat tidur. Ku buka
kaosku, ku buka celana pendekku, mbak Tami masih diam.
Lidahku
mulai bermain disekujur tubuhnya. Dari ujung kepala, turun ke telinga, ke
bibir, ke leher… Perlahan ku sapu dadanya, payudaranya kulumat dengan gigitan
kecil… Turun lagi kebawah, pusarnya ku korek dengan lidahku…. Turun lagi ke
sekumpulan rambut dan kedua pahanya ku jilat-jilat terus sampai ke ujung jempol
kaki. Aku tidak merasa jijik karena tubuh mbak Tami yang putih bersih
sangat membangkitkan gairah.
Ku kangkangkan
kakinya, mbak Tami masih diam saja. Tapi ku amati matanya terpejam
menikmati sentuhan tiap jengkal ditubuhnya. Baru ketika ku daratkan sapuan
lidahku di bibir vagina dan klitorisnya mbak Tami tiba-tiba berteriak ,”
Ahhhhhhhh……..”
“Kenapa mbak
Tami…. Sakit?” tanyaku. Mbak Tami hanya menggeleng. Dan aktifitas jilat
menjilat vagina itu kulanjutkan. Mbak Tami menggelinjang dahsyat dan tiba-tiba
dia meraung “Deniiii… Ayo Deni…. Jangan siksa aku dengan nikmat… Ayo Deni tuntaskan….
Mbak Tami udah nggak tahan” katanya.
Aku tidak
mau berlama-lama. Tanpa banyak variasi lagi langsung kunaiki kedua pahanya dan
kutusukkan juniorku ke lobang surganya yang sudah basah kuyup. Dengan sekali sentak
semua batangku yang panjang melesak ke dalam.
Agak seret
kurasakan, mungkin karena sudah dua tahun nganggur dari aktifitas. Ku genjot
pantatku dengan irama tetap, keluar dan masuk. Mbak Tami semakin
menggelinjang.
Aku pikir
nggak usah lama-lama bersensasi, tuntaskan saja. Lain waktu baru lama. Melihat
reaksinya pertanda mau orgasme, gerakan pantatku semakin cepat dan kencang. Mbak
Tami meronta-ronta, menarik segala apa yang bisa ditariknya, bantal,
sepre.
Tubuhku tak
luput dari tarikannya. Semua itu dilakukan dengan lebih banyak diam. Dan
tiba-tiba tubuhnya mengejang, “Ahhhhhhhhhhhhhhhh…….” lolongan panjangnya
menandakan dia mencapai puncak. Aku mempercepat kocokanku diatas tubuhnya.
Tiba-tiba
aku dikejutkan dengan hentakan tubuhnya dibarengi tangannya yang mendorong
tubuhku.
“Jangan keluarin
di dalam…. Aku lagi subur” suaranya tersengal-sengal ditengah gelombang
kenikmatan yang belum mereda.
Kekagetanku hilang setelah tau reaksinya. “Baik mbak Tami cantik, Deni keluarin diluar ya” balasku sambil kembali memasukkan junior ku yang sempat terlepas dari vaginanya karena dorongan yang cukup keras.
Kembali ku pompa
pinggulku. Aku rasa kali ini mbak Tami agak rileks. Tapi tetap dengan diam
tanpa banyak reaksi mbak Tami menerima enjotanku. Hanya wajahnya yang
kadang-kadang meringis keenakan.
Dan
sampailah saatnya, ketika punyaku terasa mulai berkedut-kedut, cepat-cepat ku cabut
dari vagina mbak Tami dan ku gencet batang juniorku sambil menyemprotkan
sperma. Kuhitung ada lima kali juniorku meludah. Sekujur tubuh mbak Tami yang
mulus ku tumpahkan spermaku. Bahkan wajahnya pun belepotan cairan putih kental.
Dan aku terkulai lemas penuh kenikmatan. Ku lihat mbak Tami bangkit
mengambil tisu dan membersikan badan serta mukanya.
“Deni… Kamu
sudah memberikan apa yang belum pernah mbak Tami rasakan,” kata wanita
cantik itu sambil rebahan disampingku.
Dengan
persetujuan mbak Tami, kami menelpon istriku mengabarkan kalau batal ke Ancol
karena mbak Tami nggak enak badan. Padahal kami melanjutkan skenario cinta
yang menyesatkan.
Kami masih
tiga kali lagi melakukan persetubuhan. Dalam dua sessi berikut sangat kelihatan
perkembangan yang terjadi sama mbak Tami. Kalo permainan pertama dia banyak
diam, permainan kedua mulai melawan, permainan ketiga menjadi dominan,
permainan keempat menjadi buas…. Buas… Sangat buas. Aku sempat memakai kondom
biar bisa dengan leluasa menumpahkan sperma saat punyaku ada didalam vaginanya.
“Aku sadar
ini dosa, tapi aku juga menikmati apa yang belum pernah aku rasakan selama
bersuami. Suamiku itu adalah pilihan orang tua dan selisih 15 tahun dengan mbak
Tami. Sampai mas Arif meninggal, mbak Tami tidak pernah merasakan
kenikmatan seksual seperti ini. Sebetulnya mbak Tami masih ke pengen nikah
lagi tapi tidak pernah ketemu orang yang tepat. Mungkin posisi mbak
Tami sebagai kepala bagian membuat banyak pria menjauh” Cerita mbak Tami
sebelum kami sama-sama tertidur pulas.
Cerita
Dewasa | Cerita Bokep | Cerita Seks | Cerita
Sex Kakak Ipar | Cerita ABG | Cerita Dewasa Hot | Cerita Dewasa
Terbaru | Cerita Ngentot | Kumpulan Cerita Dewasa | Nikmat Ngentot
Tidak ada komentar:
Posting Komentar