Breaking

Kamis, 18 Mei 2017

Cerita Seks Kakak Ipar Ku Nikmat Sekali Meskipun Janda

Cerita Seks Kakak Ipar Ku Nikmat Sekali Meskipun Janda
Mbak Tami berusia 45 tahun. Suaminya sudah meningal 3 tahun lalu karena sakit. Orangnya cantik, putih, dan tinggi semampai. Lebih tepatnya anggun karena orangnya cenderung diam dan sangat religius. Selama di Jakarta, setiap ada kesempatan aku dan istriku mengajak mbak Tami jalan-jalan, maklum ini kunjungan pertamanya ke Jakarta, biasanya ke mal karena waktunya sempit. Kami sudah berencana pas hari Minggu akan jalan-jalan ke Taman Safari.

Cerita Seks Kakak Ipar Ku Nikmat Sekali Meskipun Janda

Namun istriku ternyata punya tugas mendadak dari kantor yaitu harus mengawasi pameran di Mangga Dua. Gagal deh rencana jalan-jalan ke Taman Safari. Istriku mengusulkan agar aku tetap mengantar mbak Tami jalan-jalan misalkan ke Ancol saja dan pulangnya bisa jemput istriku di Mangga Dua. Sebetulnya aku agak males kalo nggak ada istriku. Aku merasa risih harus jalan berdua karena dia orangnya pendiam.

Akupun menduga mbak Tami pasti nggak mau. Tapi tanpa di duga ternyata dia menyetujui usul istriku.

Pagi-pagi banget istriku sudah berangkat naik KRL dari stasiun Pondok Ranji. Rumahku yang didaerah Bintaro cukup jauh dari Mangga Dua dan Ancol. Sementara menunggu mbak Tami yang lagi jalan-jalan pagi aku sendirian dirumah menyeruput kopi dan merokok.

Kami berencana jalan jam 9 pagi. Sehabis ngopi dan merokok, aku kembali tidur-tiduran di kamarku menunggu jam. Pikiranku melayang membayangkan kakak istriku ini. mbak Tami sangat menarik perhatianku secara seksual. Jeleknya aku, mulai keluar. Aku tertantang menaklukkan wanita baik-baik, aku tertantang menaklukkan mbak Tami. Mumpung ada kesempatan. Dasar setan selalu mencari kesempatan menggoda.

Ku atur jebakan untuk memancing mbak Tami. Aku buru-buru mandi membasuh badan dan keramas.
Dengan berlilit handuk aku menunggu kepulangan mbak Tami dari olahraga paginya.

Sekitar 10 menit aku menunggu dibalik gorden dan kulihat mbak Tami memasuki pagar depan dengan pintu besi yang agak berderit. Sengaja pintu rumah aku tutup tapi dibiarkan tak terkunci. Aku berlalu menuju kamarku dan segera memasang jebakan untuk mengejutkan mbak Tami. Aku masuk kamarku dan segera bertelanjang bulat. Pintu kamar kubuka lebar-lebar, jendela kamar juga ku buka biar isi kamar mendapat penerangan jelas.

Kudengar pintu depan berbunyi seperti ditutup. Akupun mulai beraksi. Dengan bertelanjang bulat aku menunggu mbak Tami melewati kamarku dengan harapan dia melihat tubuh dan juniorku yang sedari tadi berdiri tegak membayangkan petualangan ini. Handuk kututupkan ke kepala seolah-olah sedang mengeringkan rambut yang basah sehabis keramas.

Aku berpura-pura tidak melihat dan tidak menyadari kehadirannya dari balik handuk yang kusibak sedikit, kulihat sepasang sepatu kets melintas kamarku. Aku yakin mbak Tami pasti melihat tubuhku yang polos dengan junior yang tegak berdiri.

Nafsuku semakin menggeliat ketika ku amati dari balik handuk sepasang sepatu yang tadinya hampir melewati kamarku kini seperti terpaku berhenti di depan kamar tanpa beranjak. Aku semakin aktif menggosok-gosok rambutku dan berpura-pura tak tau kalo ada orang.

Beberapa detik aku berbuat begitu dan aku merencanakan sensasi berikut. Dengan tiba-tiba kuturunkan handuk dan menengok ke arah pintu kamar. Aku pura-pura kaget menyadari ada orang. “Eeee… Maaf mbak Tami, aku kira nggak ada orang” kataku seraya mendekati pintu seolah-olah ingin menutup pintu.

Aku tidak berusaha menutup kemaluanku yang menantang. Malah kubiarkan mbak Tami terdiam memandangi tubuhku yang polos mendekat kearahnya.

Dengan tenangnya seolah aku berpakaian lengkap kudekati mbak Tami dan sekali lagi memohon maaf.

“Maaf ya mbak Tami, aku terbiasa seperti ini. Aku nggak sadar kalau ada tamu dirumah ini” kataku sambil berdiri didepan pintu mau menutup daun pintu.

Tiba-tiba seperti tersadar mbak Tami bergegas meninggalkanku sambil berkata “Iiiya , tidak apa-apa…..”.

Dia langsung masuk ke kamar belakang yang diperuntukkan kepadanya selama tinggal dirumahku. Aku kemudian memakai celana pendek tanpa CD dan mengenakan kaos oblong lantas mengetok pintu kamar mbak Tami. “Ada apa Deni” ujar mbak Tami setelah membuka pintu.

Kulihat dia tidak berani menatapku. Mungkin malu. Membaca situasi seperti itu, aku tidak menyiakan kesempatan. “Mbak Tami, maafkan Deni ya… aku lupa kalau ada tamu dirumah ini” kataku merangkai obrolan biar nyambung.

“Nggap apa-apa, cuma mbak Tami malu hati, sungguh mbak Tami malu melihat kamu telanjang tadi” balasnya tanpa mau menatap aku.

“Kenapa musti malu? Kan nggak sengaja, apa lagi mbak Tami kan sudah pernah menikah jadi sudah biasa melihat yang tegak-tegak seperti itu” kataku memancing reaksinya.

“Sejujurnya mbak Tami tadi kaget setengah mati melihat kamu begitu. Yang mbak Tami malu, tanpa sadar mbak Tami  terpaku didepan kamarmu. Jujur aja mbak Tami sudah lama tidak melihat seperti itu jadi mbak Tami seperti terpana” katanya sambil berlari ketempat tidurnya dan mulai sesenggukan.

Aku jadi nggak tega. Ku dekati mbak Tami dan kuberanikan memegang pundaknya seraya menenangkannya.

“Sudahlah nggak usah malu, kan cuma kita berdua yang tau” Melihat reaksinya yang diam saja, aku mulai berani duduk disampingnya dan merangkul pundaknya.

Ku usap-usap rambutnya agak lama tanpa berkata apa-apa. Ketika kurasa sudah agak tenang ku sarankan untuk mandi aja.

Ku tuntun tangannya dan sekonyong-konyong setan mendorongku untuk memeluk saat mbak Tami sudah berdiri didepanku. Lama kupeluk erat, mbak Tami diam saja.

Mukanya diselusupkan di dadaku. Payudaranya yang masih kencang serasa menempel didadaku. Sangat terasa debar jantungnya. Perlahan tangan ku ku selusupkan ke balik kaos bagian belakang berbarengan dengan ciumanku yang mendarat dibibirnya.

“Jangan Den… Dosa” katanya sambil melepaskan diri dari pelukanku. Namun pelukanku tidak mau melepaskan tubuh sintal yang sedang didekapnya. Dalam usaha kedua mbak Tami sudah menyerah.

Bibirnya dibiarkan ku lumat walau masih tanpa perlawanan. Ku coba lagi menyelusupkan tangan dibalik kaosnya, kali ini bagian depan. Tangan kanan yang menggerayang langsung pada sasaran… Puting susu sebelah kiri. Mbak Tami menggeliat.

Pilinan jariku di payudaranya membuat nafsunya naik. Aku tau dari desiran nafasnya yang mulai memburu. Aku heran juga dengan wanita ini, tetap diam tanpa perlawanan. Mungkin ini style wanita baik-baik. Bagusnya, semua apa yang kulakukan tidak ada penolakan. Seperti dicocok hidungnya mbak Tami menurut saja dengan apa yang kulakukan terhadapnya.

Perlahan ku buka kaosnya, ku buka celana panjang training pack-nya, ku buka Bh nya, ku buka CD-nya, mbak Tami diam saja. Ku bopong tubuhnya ketempat tidur. Ku buka kaosku, ku buka celana pendekku, mbak Tami masih diam.

Lidahku mulai bermain disekujur tubuhnya. Dari ujung kepala, turun ke telinga, ke bibir, ke leher… Perlahan ku sapu dadanya, payudaranya kulumat dengan gigitan kecil… Turun lagi kebawah, pusarnya ku korek dengan lidahku…. Turun lagi ke sekumpulan rambut dan kedua pahanya ku jilat-jilat terus sampai ke ujung jempol kaki. Aku tidak merasa jijik karena tubuh mbak Tami yang putih bersih sangat membangkitkan gairah.

Ku kangkangkan kakinya, mbak Tami masih diam saja. Tapi ku amati matanya terpejam menikmati sentuhan tiap jengkal ditubuhnya. Baru ketika ku daratkan sapuan lidahku di bibir vagina dan klitorisnya mbak Tami tiba-tiba berteriak ,” Ahhhhhhhh……..”

“Kenapa mbak Tami…. Sakit?” tanyaku. Mbak Tami hanya menggeleng. Dan aktifitas jilat menjilat vagina itu kulanjutkan. Mbak Tami menggelinjang dahsyat dan tiba-tiba dia meraung “Deniiii… Ayo Deni…. Jangan siksa aku dengan nikmat… Ayo Deni tuntaskan…. Mbak Tami udah nggak tahan” katanya.

Aku tidak mau berlama-lama. Tanpa banyak variasi lagi langsung kunaiki kedua pahanya dan kutusukkan juniorku ke lobang surganya yang sudah basah kuyup. Dengan sekali sentak semua batangku yang panjang melesak ke dalam.

Agak seret kurasakan, mungkin karena sudah dua tahun nganggur dari aktifitas. Ku genjot pantatku dengan irama tetap, keluar dan masuk. Mbak Tami semakin menggelinjang.

Aku pikir nggak usah lama-lama bersensasi, tuntaskan saja. Lain waktu baru lama. Melihat reaksinya pertanda mau orgasme, gerakan pantatku semakin cepat dan kencang. Mbak Tami meronta-ronta, menarik segala apa yang bisa ditariknya, bantal, sepre.

Tubuhku tak luput dari tarikannya. Semua itu dilakukan dengan lebih banyak diam. Dan tiba-tiba tubuhnya mengejang, “Ahhhhhhhhhhhhhhhh…….” lolongan panjangnya menandakan dia mencapai puncak. Aku mempercepat kocokanku diatas tubuhnya.

Tiba-tiba aku dikejutkan dengan hentakan tubuhnya dibarengi tangannya yang mendorong tubuhku.

“Jangan keluarin di dalam…. Aku lagi subur” suaranya tersengal-sengal ditengah gelombang kenikmatan yang belum mereda.

Kekagetanku hilang setelah tau reaksinya. “Baik mbak Tami cantik, Deni keluarin diluar ya” balasku sambil kembali memasukkan junior ku yang sempat terlepas dari vaginanya karena dorongan yang cukup keras.

Kembali ku pompa pinggulku. Aku rasa kali ini mbak Tami agak rileks. Tapi tetap dengan diam tanpa banyak reaksi mbak Tami menerima enjotanku. Hanya wajahnya yang kadang-kadang meringis keenakan.

Dan sampailah saatnya, ketika punyaku terasa mulai berkedut-kedut, cepat-cepat ku cabut dari vagina mbak Tami dan ku gencet batang juniorku sambil menyemprotkan sperma. Kuhitung ada lima kali juniorku meludah. Sekujur tubuh mbak Tami yang mulus ku tumpahkan spermaku. Bahkan wajahnya pun belepotan cairan putih kental. Dan aku terkulai lemas penuh kenikmatan. Ku lihat mbak Tami bangkit mengambil tisu dan membersikan badan serta mukanya.

“Deni… Kamu sudah memberikan apa yang belum pernah mbak Tami rasakan,” kata wanita cantik itu sambil rebahan disampingku.

Dengan persetujuan mbak Tami, kami menelpon istriku mengabarkan kalau batal ke Ancol karena mbak Tami nggak enak badan. Padahal kami melanjutkan skenario cinta yang menyesatkan.

Kami masih tiga kali lagi melakukan persetubuhan. Dalam dua sessi berikut sangat kelihatan perkembangan yang terjadi sama mbak Tami. Kalo permainan pertama dia banyak diam, permainan kedua mulai melawan, permainan ketiga menjadi dominan, permainan keempat menjadi buas…. Buas… Sangat buas. Aku sempat memakai kondom biar bisa dengan leluasa menumpahkan sperma saat punyaku ada didalam vaginanya.

“Aku sadar ini dosa, tapi aku juga menikmati apa yang belum pernah aku rasakan selama bersuami. Suamiku itu adalah pilihan orang tua dan selisih 15 tahun dengan mbak Tami. Sampai mas Arif meninggal, mbak Tami tidak pernah merasakan kenikmatan seksual seperti ini. Sebetulnya mbak Tami masih ke pengen nikah lagi tapi tidak pernah ketemu orang yang tepat. Mungkin posisi mbak Tami sebagai kepala bagian membuat banyak pria menjauh” Cerita mbak Tami sebelum kami sama-sama tertidur pulas.



Cerita Dewasa | Cerita Bokep | Cerita Seks | Cerita Sex Kakak Ipar | Cerita ABG | Cerita Dewasa Hot | Cerita Dewasa Terbaru | Cerita Ngentot | Kumpulan Cerita Dewasa | Nikmat Ngentot

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Kiu Kiu Online | QQ Online | Dominoqq Online | Domino99