Breaking

Senin, 08 Mei 2017

Menikmati tubuh montok mbak Ninis tetanggaku yang cantik jelita

Menikmati tubuh montok mbak Ninis tetanggaku yang cantik jelita
Kisah ini dimulai saat aku menginap dirumah seorang tetangga sebelah rumahku, dia seorang ibu dengan 2 orang anak suaminya seorang wiraswasta yang kadang jarang pulang ke rumah, sebut saja namanya mbak Ninis, malam itu aku diminta menginap dirumah orang tuanya mbak Ninis yang letaknya tidak jauh dari rumahku mengingat orangtuanya sedang pergi keluar kota dan kebetulan malam itu ada siaran langsung pertandingan sepakbola yang memang menjadi hobbyku makanya aku mengiyakan saat mbak Ninis memintaku untuk menginap di rumah orangtuanya, memang hubungan keluargaku dengan mbak Ninis sudah seperti saudara jadi dia nggak segan-segan meminta pertolongan padaku.

Menikmati tubuh montok mbak Ninis tetanggaku yang cantik jelita

Malam itu saat aku sedang asik menonton pertandingan sepakbola, dia datang dengan anaknya yang masih kecil umurnya kira-kira 2 tahun.

"Lagi nonton apa Rif?" tanya dia padaku.
"Biasa mbak" jawabku sambil terus menonton pertandingan di televisi.
"Kamu udah makan Rif?" tanya nya lagi padaku.
"Sudah mbak, tadi sebelum kesini saya makan dulu kok mbak" jawabku lagi.
"Oh gitu...", "Yaudah kalau begitu deh, mbak tidurin Lia dulu ya" kata mbak Ninis padaku sambil membawa anaknya ke kamar.
"Ohiya Rif, nanti kamu tidur dikamar depan aja ya" kata mbak Ninis sebelum masuk kamarnya.
"Iya mbak" jawabku singkat.

Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 22.00 WIB, sebentar lagi pertandingan sepakbola akan segera selesai, tiba-tiba mbak Ninis keluar dari kamarnya dengan menggunakan pakaian tidur yang memperlihatkan lekukan badannya.
"Kamu belum tidur, Rif?" tanya mbak Ninis kepadaku.
"Belum mbak, paling sebentar lagi nih" jawab ku sambil mencuri pandangan ke arah mbak Ninis yang tampak begitu menggoda hasrat kelelakianku.
"Mbak sendiri belum tidur?" tanya ku pada mbak Ninis.
"Mbak gak bisa tidur Rif, gak tau kenapa nih" jawab mbak Ninis kepada ku.
"Mbak boleh temenin kamu disini Rif?" tanya mbak Ninis
"Nanti kalau mbak udah ngantuk baru mbak tidur" lanjutnya.
"Boleh dong mbak" jawabku.

Malam itu aku habiskan waktu dengan mengobrol bersama mbak Ninis, saat aku ngobrol sesekali aku memperhatikan lekuk badan mbak Ninis yang menggodaku walaupun dia sudah mempunyai 2 orang anak tapi dia pandai merawat tubuhnya sehingga terlihat masih segar, apalagi kedua buah dadanya yang berukuran cukup besar yang selalu tidak pernah lepas dari pandanganku saat aku mengobrol dengannya. Malam semakin larut akhirnya aku tak kuasa menahan hasrat kelelakianku, aku takut mbak Ninis tau apa yang sedang aku rasakan dan aku bayangkan, aku nggak mau mbak Ninis marah.

"Mbak, udah malam", "Saya tidur dulu ya..." kataku sambil beranjak dari tempat dudukku.
"Emang kamu udah ngantuk banget ya Rif?" tanya mbak Ninis padaku.
"Iya mbak", "Lagian nanti pagi saya harus latihan, mbak" jawabku
"Iya udah kalau begitulah" jawab mbak Ninis singkat.

Malam itu aku tidur dikamar depan, hayalanku melayang dan membayangkan apa yang aku lihat saat aku mengobrol dengan mbak Ninis tadi. Malam itu kebetulan hujan turun didaerahku menambah suasana mendukung hayalanku tentang mbak Ninis, andai saja mbak Ninis mau malam ini tidur denganku, semakin aku menghayal semakin hilang rasa ngantuk ku padahal sudah hampir 2 jam aku berada di kamar, tapi rasa ngantuk itu gak kunjung datang juga.

Saat aku menghayal tentang mbak Ninis, nggak tau setan apa yang menghampiriku sehingga aku berani melangkahkan kakiku menuju kamar mbak Ninis, sesampainya aku didepan kamar mbak Ninis aku langsung memberanikan diri masuk ke kamar mbak Ninis dengan perasaan yang gak karuan antara nafsu dan takut, aku dekati tempat tidur mbak Ninis, disana aku lihat mbak Ninis sedang tertidur dengan pulas dan disamping dia ada anaknya yang berumur 2 tahun juga ikut tertidur.

Aku tertegun beberapa saat memperhatikan tubuh indah yang ada di hadapanku, ingin rasanya aku menjamahnya tapi aku tidak memiliki keberanian untuk melakukannya karena aku takut mbak Ninis marah padaku. Dengan hati berdebar-debar aku beranikan diri membangunkan mbak Ninis yang sedang tertidur "Mbak.. Mbak Ninis.." kataku sambil menyentuh kakinya. Mendengar suara ku mbak Ninis terbangun dari tidurnya, ia sepertinya kaget karena aku sudah ada di dalam kamarnya.

"Ada apa Rif?" tanyanya sambil kebingungan. "Saya nggak bisa tidur nih mbak" jawabku dengan suara bergetar menahan nafsuku.
"Kamu mau tidur disini?" tanya mbak Ninis sambil menggeser posisinya.
"Lia gimana mbak?" tanya ku dengan perasaan yang gak karuan.
"Emang kamu mau ngapain Rif?" tanya mbak Ninis dengan suara yang agak meninggi dan rasa takut.
Mendengar pertanyaan itu aku langsung pergi meninggalkan kamar mbak Ninis dengan perasaan bersalah dan takut mbak Ninis marah. Sesampainya aku dikamarku, aku merebahkan badan ku ditempat tidurku, aku menyesali apa yang sudah terjadi tadi namun tetap saja bayangan tubuh mbak Ninis tetap menggoda sampai akhirnya aku tertidur lelap.

Pagi hari saat matahari mulai menyapa, aku terbangun dan langsung mengarahkan kakiku ke arah kamar mandi yang terletak di dekat dapur, saat aku melintas aku melihat mbak Ninis sedang menyiapkan sarapan pagi, "Udah bangun Rif?" tanya mbak Ninis mengagetkanku.
"Eeehh.. sudah mbak" jawabku dengan suara gugup, sambil terus berlalu menuju kamar mandi.

Selesai mandi aku bergegas ke kamarku untuk segera pergi latihan dengan menahan rasa malu dan rasa bersalah.
"Mbak, saya pamit ya" kataku pada mbak Ninis yang saat itu masih asik di dapur.
"Saya mau latihan dulu ya mbak" kataku lagi.
"Loh, kamu gak makan dulu Rif?" tanya mbak Ninis padaku.
"Nggak deh mbak, udah terlalu siang ini" kataku sambil menuju keluar.
"Yaudah hati-hati perginya ya" ucap mbak Ninis.
"Iya mbak" kata ku singkat.
"Makasih ya Rif" katanya sambil memperhatikanku keluar dari rumahnya, aku hanya mengangguk tanpa berani menatapnya.

Seminggu setelah kejadian itu, aku sering kali menghindar untuk bertemu dengan mbak Ninis, aku merasa malu atas apa yang aku lakukan waktu itu. Disuatu siang saat keluarga ku sedang tidak ada dirumah tiba-tiba pintu rumahku diketuk oleh seorang dari luar. Aku bergegas membukakan pintu, aku pikir orang tuaku pulang dari undangan, saat pintu aku buka. Aku terkejut ternyata yang datang adalah mbak Ninis.
"Ehhh.. Mbak" kataku sambil menahan rasa malu.
"Kamu kemana aja?",  "Kok sepi" tanya mbak Ninis.
"Lagi pada pergi ke undangan mbak" jawabku singkat. Mbak Ninis duduk di kursi sopa dihadapanku.
"Rif... Kamu tuh lagi marah sama mbak ya?" tanya mbak Ninis kepada ku.
"Marah kenapa mbak?" tanya ku dengan perasaan bingung.
"Akhir-akhir ini kamu selalu menghindar untuk ketemu mbak kan?" tanyanya lagi.
Aku terdiam "Nggak kok mbak" jawabku.

"Kalau nggak, kenapa setelah kejadian itu yang kamu nginep dirumah orangtua mbak, kamu selalu menghindar ketemu mbak?" tanya mbak Ninis.
"Saya malu mbak", "Saya minta maaf, kalau saya udah lancang masuk ke kamar mbak, saya takut mbak marah" jawabku sambil tertunduk malu.
"Kamu ini aneh ya Rif, masa begitu aja mbak marah sih" kata mbak Ninis sambil tertawa.
"Emang apa sih yang kamu mau dari mbak?" tanya mbak Ninis kepadaku.
Mendengar pertanyaan itu aku memandang mbak Ninis dengan pandangan tajam.
"Loh kamu kok malah bengong!!" kata mbak Ninis lagi yang mengejutkanku. Aku hanya tersenyum.
"Kapan mau menginap lagi?" tanya mbak Ninis lagi.
"Nggak tau mbak" jawabku singkat.
"Ini tante, saya mau minta tolong sama Arif buat jagain rumah mama lagi malam ini' kata mbak Ninis pada ibuku.
"Oohh.. Yaudah boleh saja" jawab ibuku.

Setelah itu kami ngobrol banyak hal sampai akhirnya mbak Ninis pamit pulang dan sebelum pulang Ia sempat mengingatkan aku untuk menjaga rumah ibunya dan memberikan kunci rumahnya kepadaku.
Hisap payudara mbak Ninis dengan nikmatnya
Malam itu aku tidur dirumah orang tuanya mbak Ninis, suasana malam yang begitu dingin ditambah hujan rintik-rintik membuat suasana hening. Untuk melepas rasa sepiku, aku mencoba mencari hiburan dengan menonton televisi, tapi setelah beberapa kali aku cari acara yang menarik untuk aku tonton ternyata nggak ada yang menarik maka dari itu aku putuskan untuk menonton video yang ada di laptopku, kebetulan di laptopku banyak sekali video yang dapat mengusir penatku. Satu demi satu video blue yang ada di laptop ku, aku putar tanpa aku perhatikan keadaan sekitarku karena aku pikir aku hanya sendirian di rumah itu. Tapi tiba-tiba "Ariff..." suara itu mengejutkan aku. Aku terkejut dan memalingkan muka ke arah suara itu. Ternyata mbak Ninis sudah berdiri di depan pintu kamarku.


"Lohh.. Kok mbak bisa masuk sih? Kan pintunya sudah saya kunci mbak" tanya ku pada mbak Ninis.
Mbak Ninis hanya tersenyum saja "Mbak kan juga punya kunci rumah ini Rif" jawab mbak Ninis.
Mbak Ninis berjalan menuju mendekati meja dimana laptopku diletakkan.

"Ooohhhh...." ujar mbak Ninis. Sampai terus memperhatikan adegan yang terjadi dalam film di laptopku.

"Kamu suka film gituan ya Rif?" tanya mbak Ninis sambil duduk disamping tempat tidur.

"Iya... Mbak" jawabku polos.

"Kalau mbak suka juga?" aku balik bertanya sama mbak Ninis.

"Sapa sih yang gak suka nonton film begituan" jawab mbak Ninis.

"Tapi mbak lebih senang praktekinnya" kata mbak Ninis sambil tertawa nakal.

"Aaah.. Mbak bisa saja" jawabku sambil memandang ke arah mbak Ninis. Akhirnya kami berdua mengobrol tentang banyak hal terutama tentang seks ternyata mbak ririn suka juga membicarakan masalah yang satu ini, makin lama obrolan kami makin seru dan tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 malam.

“Mbak..gimana hubungan seks mbak sama om Doni” tanyaku dengan berhati-hati.

Mbak Ninis menarik napas panjang “Mbak nggak mau cerita itu” jawabnya.

“Loh.. Emang kenapa?” tanyaku.

Akhirnya setelah beberapa saat mbak Ninis mau juga menceritakan hubungannya dengan om Doni suaminya, dia bercerita bahwa hubungannya baik-baik aja hanya beberapa bulan belakangan ini mbak Ninis merasakan hubungannya dengan om Doni kurang greget tidak seperti sebelum-sebelumnya.

Aku mendengarkan cerita mbak Ninis dengan seksama. “Mbak, kalo saya denger cerita mbak tadi rasanya mbak ama om Doni harus mencari variasi dong” saranku. “ Jangan gitu-gitu aja” ujarku lagi.
”Gitu-gitu aja gimana maksudnya?” Tanya mbak Ninis.

“Ya.. Gitu “. “ Saya nggak bisa jelasin mbak” jawabku dengan nada gugup.

“Maksud kamu mbak harus nonton film dulu?”. “ atau variasi posisi berhubungan gitu?” Tanya dia

“Ya… Mungkin itu salah satu yang bisa membantu mbak ama om Doni supaya lebih hot lagi “ jawabku nakal.

“Kamu bisa aja Rif” kata mbak Ninis.

“Kaya kamu udah pengalamn aja” kata mbak Ninis lagi sambil tersenyum.

"Ada saran lain gak ?” Tanya mbak ririn. Aku tersenyum "Maaf ya mbak mungkin saran saya ini konyol" kataku.

"Apa?" Tanya mbak ririn penasaran

"Mungkin mbak harus coba ama orang lain" kataku. “ Maaf ya mbak, jangan marah”.”Inikan Cuma saran” ujarku lagi.

Mbak ririn terdiam. Mungkin dia sedang memikirkan matang-matang saranku tadi.

“Tapi dengan siapa mbak harus melakukannya?” Tanyanya.

“Siapapun pasti mau mbak, soalnya mbak kan masih cantik, seksi lagi “ jawabku nakal.

“Kamu bisa aja“. Kata mbak ririn sambil tersipu manja. “ Kalo mbak pilih kamu, kamu mau nggak?” Tanya mbak ririn.

Aku terkejut mendengar pertanyaan itu. Padahal dalam hatiku itulah yang aku inginkan. Tapi aku berusaha jual mahal . “ Loh… Kenapa harus saya mbak ?” tanyaku.

Mbak Ninis menarik napas panjang. “ Ya..udah lupain aja Rif…” jawab mbak ririn sambil beranjak dari duduknya. 
“Mbak tidur dulu ya.” katanya.
“Selamat malam Rif” ujarnya lagi.

Aku terdiam dan terpaku dan tidak menjawab apa yang mbak Ninis ucapkan. Aku hanya memandang berlalunya mbak Ninis di hadapanku dan keluar dari kamarku.

Aku merasa menyesal kenapa tidak aku iyakan aja pertanyaan mbak Ninis tadi. Hayalanku melambung jauh membayangkan kami berdua bercinta, bergumul dan saling meregang. Ohhhh indahnya jika terwujud gumanku dalam hati.

Karena aku merasa haus aku melangkahkan kakiku menuju dapur untuk mengambil segelas air minum, sesampainya didapur aku terkejut karena aku melihat mbak Ninis ada disana sedang mengambil air minum juga. Tetapi yang membuat aku terpesona adalah mbak Ninis hanya menggunakan kaos putih yang tipis tanpa menggunakan bawahan.

“Mbak….” Kataku.
"Ehhh…kamu Rif" katanya. “ mo ambil minum ya?” tanyanya lagi

“Iya… Mbak “ jawabku sambil terus memperhatikan tubuh mbak Ninis yang terlihat menggodaku.

Aku melangkahkan kakiku mendekati mbak Ninis. Pikiranku sudah tidak karuan antara hasrat dan takut. Tapi aku beranikan diri untuk lebih dekat dengan mbak Ninis. Saat sudah dekat entah kenapa keberanianku timbul lebih besar untuk memeluk mbak Ninis.

“ Mbak….boleh saya minta sesuatu, mbak ?” tanyaku

“Kamu mau minta apa“ tanyaku

“Boleh saya peluk mbak “ tanyaku

Mbak Ninis tersenyum. “ sini …” katanya sambil mengulurkan kedua tanganya ke arahku.

Tanpa pikir panjang aku peluk mbak Ninis engan eratnya. Dan tanpa aku sadari kemaluanku ternyata sudah tegang. Dengan sedikit keberanian aku kecup kening mbak Ninis dan diapun terbawa suasana itu. Mbak Ninis memejamkan matanya. Tanpa menunggu waktu lama aku kecup bibir dan aku lumat habis bibir mbak Ninis yang terlihat sangat menikmati permainanku, aku telusuri rongga mulutnya dengan lidahku….dan diapun membalasnya dengan nafsunya yang membara.

Tidak hanya disitu, tanganku mulai beraksi meremas kedua buah dadanya yang montok. Diapun mendesah “Ahhhhhh…. Arif “ desahnya. Aku tidak peduli aku coba singkapkan kaos yang dia gunakan aku masukkan tanganku ke celana dalamnya, aku elus kemaluannya. Ternyata sudah basah.

“Ohhhhh.. Arif kamu nakal “ desahnya lagi. Aku makin bernapsu. Aku angkat kaos yang dipakain mbak Ninis ternyata dia tidak menggunakan BH langsung aku isap putingnya yang selama ini menggoda imanku, aku lumat putingnya, aku isap. “Ooohhhhh…. Ariiffff” desahnya membuat napsuku semakin membara.


“Mbak, aku sayang mbak” kataku

“Mmmmhhhmmmm ….” Desahnya tanpa bisa mnjawab

“Rif…. Jangan disini, dikamar aja ya“ ajaknya padaku

Akupun mengikuti kemauannya menuju kamarnya.

Sesampainya dikamarnya, aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan langka ini, aku langsung lucuti kaos yang dipakai mbak ririn dan sedikit memaksa aku pelorotkan celana dalam yang dipakainya.

“Sabar dong Rif“ kata mbak Ninis.
Aku tidak pedulikan perkataan mbak Ninis, aku dorong dia ke tempat tidur aku buka kakinya dan aku jilat kemaluannya dengan lidahku. “Uhhhh….ssstttt… ohhhhhh “ desahnya

Aku terus mempermainkan lidahku di dalam kemaluannya, ia menggelinjang penuh kenikmatan dan setelah beberapa saat aku mempermainkan lidahku dikemaluannya ia menekan kepalaku sehingga aku makin terpendan di dalam kemaluannya.

“Ohhhh… Ariff…. Yesssss… Terussssss Riff “ desahnya penuh napsu
“Ohhhhh…. SsssssSSSSssss…. Kamu nakal “ ujarnya

Akhirnya aku merasakan ada cairan manis yang keluar dari kemaluannya, aku tidak berhenti dan terus menjilat dan menghisapnya.
“ Rif… Udah sayang, gantian ya “ kata mbak Ninis.

Akupun menghentikan kegiatannku. Mbak Ninis pun duduk di atas tempat tidur dan ia menariku untuk lebih mendekat.
Tanpa ragu-ragu ia membuka celanaku dan tanpa kemaluanku yang sudah menegang.

Ia mengusap kemaluanku dengan lembutnya dan akhirnya ia mengulumnya dengan penuh napsu.

“Ohhh… Mbak…..SSsssss “ desahku
Dia terus mengocok kemaluanku, mbak Ninis memang sudah berpengalaman dengan hal ini.
“Ohhhhh…. Yesssssss “ desahku lagi
“Mmmmhhhhmmm…. “ desahnya
“Mbak udah, mbak “ kataku

Mbak Ninis pun menghentikan kegiatannya.

“Aku masukin ya mbak “ pintaku dengan penuh napsu

Mbak Ninis nggak menjawab ia hanya mengangguk tanda setuju.

Maka dengan bantuan tangannya aku arahkan kemaluanku kearah kemaluannya. blesssssssssssssssssssss, mbak NInis sedikit tersentak sambil menyeringai….bleess bleess bleess bleess bleess bleess bleess bleess bleess bleess ooohhh bleess bleess bleess aku tarik ulur penisku keluar masukandalam vagina mbak Ninis……..
“Ohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh “ desahan panjang keluar dari mulut mbak Ninis

Setelah puas dengan gerakan tadi aku lanjutkan pergerakan ku, kulipat kakinya keatas sehinga aku merasakan kemaluannya menyempit kugoyang kemaluanku dengan penuh napsu….srelp srelp srelp sreppppp kutahan dan ku putar kemaluanku dalam vaginanya…

“Mbaaaaaaaaaaaaakkk aku… Oooohhhh”. Crotttttttttt crotttttt crottttttttt “Ooohhh “ mbak Ninis memeluk ku dengan erat.
“Oooooohhhhhh….” dia juga berteriak ternyata dia juga merasakan lahar panas tumpah dari dalam vaginanya.

Tubuh kami basah oleh keringat, kamipun saling berpandangan dan tersenyum tanda suka dan gembira.

“Arif, makasih ya “ katanya
“Makasih apa mbak?” tanyaku

“Kamu udah memberikan kepuasan sama mbak “ katanya

Aku hanya tersenyum. Dan akhirnya malam itu kamipun tidur berdua dengan tanpa sehelai benangpun. Dan kami ulangi beberapa kali hubungan itu layaknya suami istri.
Setelah kejadian itu, kami selalu menyempatkan untuk melakukannya baik itu dirumah mbak Ninis, dirumah orang tuanya malah sempat waktu itu karena mbak ririn tahu dirumahku hanya ada aku ia memintaku untuk melayaninya dikamarku. Dan sejak hubungan gelapku dengan mbak ririn aku sering mendapat tambahan uang saku untuk sekolahku.




Cerita Mesum | Cerita Hot | Cerita Seks | Cerita Sex | Cerita Panas | Cerita Dewasa Terbaru 2017 | Cerita Dewasa | Cerita Ml | Cerita Sex Nyata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Kiu Kiu Online | QQ Online | Dominoqq Online | Domino99