Cerita Dewasa, Cerita Seks Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum Seru, Cerita Sange, Cerita Nakal, Cerita Sex, Cerita Panas, Cerita Ngentot
Aku adalah seorang remaja yang masih berumur sekitar 20 tahun dan sudah lama lulus dari sebuah SMUN di Malang dan tinggal di sebuah desa
kecil di sebelah selatan kota Malang, sebuah desa yang tidak terlalu ramai karena
letaknya yang sangat jauh dari pusat kota.
Cerita Seks Terbaru Bersama Tetangga Di Dalam Taksi |
Bude Yanti sendiri adalah seorang tetanggaku yang bertempat tinggal
tepat di belakang rumahku. Wanita ini berusia sekitar 40 tahun dan sudah
mempunyai suami serta 3 orang anak, yang satu masih duduk di bangku kelas 6 SD
sementara dua yang lainnya sudah menginjak bangku SMP. Suami Bude Yanti bekerja
sebagai tukang kebun di sebuah sekolah negeri di kota.
Mengenai
postur tubuh Bude Yanti hingga aku mau untuk bersetubuh dan berselingkuh
dengannya tampaknya bukan hal yang terlalu menarik untuk dipaparkan karena postur
tubuh Bude Yanti bukanlah bagaikan seorang artis yang cantik, gemulai, dan
menggairahkan seperti layaknya model iklan atau pemain sinetron kelas atas,
tetapi ia hanyalah seorang perempuan kampung istri seorang tukang kebun dan
seorang ibu rumah tangga yang selalu direpotkan oleh urusan-urusan keluarga
hingga tidak sempat untuk melakukan kegiatan BL (Body Language), renang, dan
berolah raga seperti kebanyakan orang kaya. Tentulah dapat dibayangkan
bagaimana tubuh Bude Yanti.
Bentuk badan ibu rumah tangga ini adalah biasa saja atau bahkan oleh
sebagian besar pemuda body Bude Yanti dapat dipandang sangat tidak menarik.
Tinggi badan perempuan beranak tiga itu sekitar 156 cm dan berat badan 50 kg.
Anda dapat membayangkan sendiri bagaimana bentuk tubuhnya dengan ukuran seperti
itu.
Mengenai
nafsu dan gairahku terhadap Bude Yanti bukan terbentuk dalam waktu yang singkat,
tetapi nafsu dan gairah itu dapat dibilang mulai terbentuk semenjak aku masih
berumur sekitar 16 tahun dan baru menginjak bangku SMA.
Waktu itu
aku sering kali bermain-main dan mandi di sungai yang berada di dekat kampungku,
dan di saat-saat aku bermain dan mandi di sungai itulah acapkali aku melihat Bude Yanti bertelanjang diri mencuci dan mandi di sungai tersebut. Dan tidak jarang pula sembari mengintip ia mandi aku melakukan masturbasi karena tidak tahan melihatnya bugil tanpa sehelai kain pun yang menempel di tubuhnya.
Setelah menginjak bangku kelas 2 SMU aku pun tidak pernah lagi pergi ke sungai itu baik untuk sekedar bermain atau pun mandi. Lagi pula aku harus bersekolah di SMU yang berada di pusat kota yang letaknya sangat jauh dari perkampunganku hingga aku terpaksa harus indekost selama kurang lebih tiga tahun masa studiku di SMU dan aku jarang sekali pulang ke rumahku di kampung.
Baru
sekitar pertengahan tahun 2014 silam aku lulus dari bangku SMU dan kembali ke
rumahku di kampung. Dan setelah lulus dari SMU aku pun masih harus menganggur
karena tahun ini aku tidak sukses dalam ujian masuk PTN (SPMB). Terpaksa aku
harus mencoba lagi di tahun mendatang untuk dapat diterima di PTN.
Selama
menganggur aku seringkali luntang lantung sendiri karena tidak punya pekerjaan
dan apalagi teman-temanku semasa kecil dulu ternyata kebanyakan sudah menempuh
studi di perguruan tinggi di kota dan sebagian lagi sudah bekerja dan jarang
sekali pulang, sehingga kondisi perkampunganku acapkali terlihat sepi akan para
pemuda. Yang banyak terlihat pastilah hanyalah bapak-bapak atau ibu-ibu dan
beberapa anak yang masih kecil.
Di
hari-hari itulah aku kembali sering pergi ke sungai dimana aku selalu bermain
dan mandi sewaktu aku masih kecil dulu. Suatu ketika pada saat aku sedang pergi
memancing di sungai, tanpa sengaja mataku menatap beberapa perempuan yang sedang
mandi dan mencuci di sungai itu dan di antaranya ternyata adalah Bude Yanti.
Ketika itu body Bude Yanti tampak sudah sangat berbeda dengan yang pernah aku
lihat dahulu saat aku masih kecil. Sekarang tubuhnya tampak lebih gemuk dan
pantatnya pun tampak lebih besar dan perutnya tampak agak sedikit membuncit
karena kegemukan.
Pada awal
aku melihat body tubuh perempuan berumur 40 tahun itu sedang mencuci, aku tidak tertarik sama sekali karena ia terlihat tidak seksi dan tidak menggairahkan bagiku
hingga aku meneruskan niatku untuk memancing ikan pada hari itu. Setelah
beberapa saat berlalu, tanpa sengaja mataku tertuju lagi pada Bude Yanti yang mulai melepaskan pakaian yang dikenakannya. Kontolku begitu kerasnya menegang
saat melihat ia melepas celana dalam hitamnya.
Ia tampak
kesulitan melepaskan celana dalam yang ketat itu karena saking besarnya ukuran
pantatnya. Sesaat kemudian ia mulai membasahi tubuhnya dengan air. Gairah
seksku serasa tidak tertahankan lagi waktu melihat Bude Yanti yang telah
bertelanjang bulat dan telah basah oleh air itu mulai menggosokkan sabun ke
tubuhnya. Perempuan yang sudah bersuami itu menggosok-gosok tubuhnya dan beberapa
kali meremas payudara dan menggosok pantatnya dengan sabun. Ingin sekali aku
turun mendekati dan mengajaknya untuk bersetubuh di waktu dan tempat itu.
Tetapi masih ada beberapa perempuan lain di sana.
Aku masih
memikirkan resiko yang sangat besar yang dapat aku terima jika saja ia tidak mau
melakukan hubungan badan denganku, atau suaminya mengetahui tindakan kami, dan
bagaimana tindakan orang kampung jika sampai mengetahui perzinahan kami
sehingga aku pun memutuskan menahan gairah yang sangat kuat itu. Kemudian aku
bergegas pulang dan tidak meneruskan niatku memancing pada hari itu.
Saat tiba di rumah, pikiranku masih saja terganggu oleh bayangan Bude Yanti. Tubuhnya, celana dalam hitamnya, pantatnya, payudaranya.. Pikiran itu terus saja menggangguku. Setelah berpikir beberapa saat akhirnya aku memiliki ide untuk dapat bersetubuh dengan tetanggaku itu dan akhirnya aku memutuskan untuk mulai menggaet Bude Yanti agar mau melakukan hubungan suami istri denganku.
Mulai saat
itulah aku acapkali bermain-main ke rumah Bude Yanti saat suami dan
anak-anaknya tidak berada di rumah. Dan tidak jarang pula aku bercanda dan
menggodanya. Dan hubungan yang menarik pun tampaknya mulai terbentuk di antara
aku dan ibu berumur 40 tahun itu. Tampak sekali bahwa ia juga menaruh gairah
terhadapku.
Suatu
ketika pada saat Bude Yanti sedang menyetrika pakaian di ruang tamunya, dengan
memberanikan diri aku berusaha mengungkapkan maksud, gairah, dan keinginanku
kepada tetanggaku itu. Dan ternyata keinginan, nafsu, dan gairahku tidak bertepuk
sebelah tangan. Ternyata perempuan itu juga memiliki rasa ketertarikan yang sama
terhadapku.
Setelah
tampak jelas bahwa di antara kami berdua memang saling menaruh ketertarikan,
akhirnya aku menjelaskan kepadanya bahwa kami tidak mungkin melakukan hubungan
suami istri dan perzinahan itu di rumahnya ataupun di rumahku. Aku pun
memaparkan padanya bahwa kami hanya bisa melakukannya di tempat lain misalnya
saja di hotel murahan di kota. Hal itu dimaksudkan agar suami dan anak-anaknya
atau pun tetangga tidak mengetahui perbuatan kami. Setelah ia setuju akhirnya
kami pun memutuskan waktu dan tempat yang pas untuk melaksanakan niat tersebut.
Suatu sore
tepat pada waktu yang kami sepakati aku pergi ke kota untuk menyewa sebuah taksi yang akan mengantarkan kami ke hotel yang kami maksud. Selama beberapa saat
bernegosiasi dengan sopir taksi, akhirnya tercipta kesepakatan dan sopir pun
mau mengantar kami. Setelah aku masuk ke dalam mobil, sopir mulai menjalankan
mobilnya menuju tempat dimana Bude Yanti sedang menunggu, yaitu di sebuah
taman di pinggiran kota.
Sekitar
maghrib akhirnya kami tiba di sebuah taman di pinggiran kota tempat Bude Yanti sedang menunggu. Kemudian aku meminta sopir agar memperlambat laju mobilnya.
Setelah beberapa saat terlihat seorang perempuan berpakaian rok terusan sedang
berdiri di seberang jalan dan tampak melihat ke arah mobil kami. Dan aku
meminta sopir untuk menghentikan laju mobilnya. Setelah itu aku keluar dan menghampiri Bude Yanti, menggandeng tangan dan mempersilakannya masuk ke dalam taksi.
Setelah
kami berdua masuk ke dalam mobil aku meminta sopir untuk menjalankan mobilnya
ke arah hotel yang kami maksudkan. Dan dengan perlahan-lahan mobil melaju ke arah
kota tempat hotel yang kami maksudkan berada.
Beberapa
saat di dalam mobil, aku dan Bude Yanti tampak kaku karena di antara kami
sendiri belum pernah bercinta sama sekali dan hubungan spesial kami masih baru
saja dimulai. Kemudian aku memulai perbincangan dan dengan diselingi oleh canda
dan guyonanku, akhirnya kami berdua dapat saling berinteraksi dengan baik
bahkan lama-lama pembicaraan kami pun berlanjut ke arah yang jorok-jorok dan
tampaknya Bude Yanti tidak berkeberatan dengan hal itu dan ia tampak begitu
bergairah.
Beberapa
menit berlalu aku mulai menciumnya. Pertama kali ia tampak terkejut melihatku
berani menciumnya. Sedetik kemudian aku mulai mendekatkan wajahku ke arah
wajahnya dan mulai mencium dan mencumbu leher perempuan 40 tahun itu. Pada
awalnya ia menahan tubuhku dengan kedua tangannya seolah ia tidak ingin aku
melakukan hal itu. Tetapi aku terus saja berusaha mendekatkan wajahku ke arah
lehernya untuk mencumbunya.
Baru
setelah beberapa lama akhirnya Bude Yanti tampak pasrah dan membiarkanku
mencium dan mencumbu lehernya. Nafasnya mulai tampak ngos-ngosan karena gairah
seks yang dirasakannya. Dan sesekali ia mengeluarkan suara-suara desahan yang sangat merangsang dan membuat jantungku semakin berdegub kencang.
Kemudian
aku mulai melepas kaos yang aku kenakan. Dan dengan masih bercelana panjang aku
kembali mencumbu perempuan beranak tiga itu. Selama bibirku sibuk mencumbu
bibir dan leher tetanggaku itu, tangan kananku sibuk memegang pinggang, pantat,
dan sesekali meremas payudara Bude Yanti yang masih mengenakan pakaian lengkap
itu. Beberapa menit kemudian tangan kananku mulai meraba-raba punggungnya dan
mencari-cari letak resleting rok terusan yang dikenakan Bude Yanti. Setelah
menemukannya, dengan tanpa henti aku terus mencium dan mencumbu perempuan itu
sambil aku berusaha menurunkan resletingnya dan kemudian berusaha menyibak
sedikit demi sedikit pembungkus tubuh perempuan 40 tahun itu.
Dan
akhirnya terlihatlah buah dada besar Bude Yanti yang masih terbungkus BH
berwarna hitam. Dengan menciumi dan sesekali menggigit-gigit lehernya, tangan
kananku meraih tali BH-nya dan mulai menurunkannya ke bawah. Sementara itu
tangan kiriku meraih tali BH yang satu lagi dan mulai menurunkannya ke bawah. Di
sela-sela cumbuan dan ciuman kami, tangan kananku menyusup masuk ke dalam BH Bude Yanti. Dan setelah mendapati payudara besarnya, tangan kananku tak
henti-hentinya meremas-remas buah dada montoknya.
Belum puas
aku melakukan hal itu, aku berpaling ke arah sopir yang tampak sedang sibuk
mengendarai mobilnya dan mengatakan kepadanya untuk mengurungkan pergi ke hotel yang kami maksudkan dan minta agar ia menjalankan mobilnya untuk berkeliling kota
saja dan memintanya untuk memperlambat laju mobil serta menjelaskan kepadanya
bahwa aku akan menambah biaya taksinya. Setelah ia setuju, aku kembali
berpaling ke arah Bude Yanti dan ia tersenyum ke arahku. Kemudian aku kembali
mencumbu perempuan tetanggaku itu.
Beberapa
saat kemudian aku mulai melepas celana panjang dan celana dalam yang aku kenakan
dan meminta Bude Yanti untuk melepas seluruh pakaian yang dikenakannya. Dan
sedetik kemudian kami berdua telah sama-sama telanjang bulat tanpa sehelai kain
pun yang melekat di tubuh kami. Keringat yang membasahi seluruh tubuh Bude Yanti semakin menambah gairah seksku karena tubuh montoknya tampak semakin mengkilat
dan menggairahkan. Kemudian aku meminta perempuan bersuami itu untuk
mengangkang di atasku dan menghadap ke arahku, sementara itu aku dengan kontol yang masih terus menegang dan yang tak hentinya mengeluarkan lelehan cairan bening
(air madzi) duduk bersandar di tengah jok belakang. Kemudian aku meminta
perempuan dengan tiga anak itu untuk menduduki aku dan membenamkan kontolku ke
dalam lubang anusnya.
Kenikmatan yang sangat luar biasa aku rasakan saat perlahan-lahan kontolku mulai terbenam di
dalam lubang anus Bude Yanti. Betapa nikmatnya seks itu, betapa nikmatnya
tubuh perempuan yang sudah berumur 40 tahun ini, perempuan yang sudah bersuami,
memiliki tiga anak, dan masih tetanggaku ini. Sungguh nikmatnya peristiwa saat
itu. Dalam benakku terbayang seandainya saja kenikmatan perzinahan ini tidak pernah berakhir, andaikan saja kami berdua bisa terus bersetubuh tanpa mencapai
titik puncak kepuasan. Detik-detik perselingkuhan itu kami rasakan bagaikan di
surga, nikmat dan menyenangkan.
Bude Yanti yang telah mengangkang di atasku dan telah membenamkan kontolku ke dalam
lubang anusnya terus saja menggerakkan pantatnya ke atas dan ke bawah, terus
mengocok kontolku yang terjepit nikmat di dalam lubang anusnya. Di antara
kenikmatan luar biasa yang terus aku rasakan, tanganku tidak henti-hentinya
meremas-remas pantat Bude Yanti, mengusap-usap pinggangnya, dan sesekali
meremas-remas buah dada montoknya. Tidak jarang dengan gerakan pantat Bude Yanti ke atas dan ke bawah itu membuat sesekali kontolku yang tegang dan basah itu
terlepas keluar dari lubang anusnya hingga aku sesekali harus memperbaiki
posisi kontolku agar masuk kembali ke dalam lubang anus perempuan montok
tetanggaku itu.
Beberapa
menit berlalu, aku meminta Bude Yanti untuk mengalihkan gerakan pantatnya.
Sesaat kemudian ia mulai memutar-mutarkan pantatnya terkadang searah jarum jam
dan kadang pantatnya juga memutar berlawanan jarum jam. Di antara
goyangan-goyangan pantat Bude Yanti yang nikmat itu, dari mulutku sesekali
keluar desahan dan rintihan. Suara-suara itu adalah refleksi dari kenikmatan
luar biasa yang aku rasakan selama dalam melakukan perzinahan dan perselingkuhan
dengan Bude Yanti, perzinahan dan perselingkuhan yang nikmat dengan seorang
perempuan yang sudah bersuamikan tukang kebun dan sudah memiliki tiga anak, yang bertubuh montok, berpantat dan berbuah dada besar.
Selama
beberapa menit berlalu, goyangan-goyangan berputar pantat Bude Yanti yang nikmat
hampir membuat aku mencapai titik klimaks. Buru-buru aku meminta Bude Yanti untuk mengangkat pantatnya agar kontolku terlepas dari jepitan lubang anusnya.
Aku tidak ingin secepat itu mencapai puncak kepuasan dan secepat itu menyudahi
hubungan suami istriku dengan Bude Yanti. Kemudian aku berdiam diri sejenak
dan mengatur nafasku yang ngos-ngosan. Sementara itu Bude Yanti tampak sibuk
membenahi rambutnya yang awut-awutan dan sesekali menyeka keringat yang tampak
membasahi seluruh tubuhnya.
Setelah
nafasku mulai teratur dan aku tidak lagi merasakan akan memuncratkan sperma dan
mencapai titik klimaks, maka aku pun kembali menatap Bude Yanti yang tampak
tersenyum ke arahku. Kemudian aku memintanya bersandar di jok taksi bagian
belakang dan memintanya untuk agak mengangkangkan kakinya agar memeknya dapat
jelas terlihat. Dengan duduk bersandar dan agak merosot ke bawah, Bude Yanti mulai membuka agak lebar kedua kakinya hingga terlihatlah rambut-rambut merah
kehitaman yang tumbuh lebat di sekitar selangkangannya dan sebagian besar lagi
menutupi lubang memeknya.
Dengan
perlahan aku menunduk dan mendekatkan wajahku ke arah lubang memek Bude Yanti.
Dengan perlahan-lahan aku menyibak rambut rambut merah kehitaman itu dan
berusaha mencari letak lubang memek Bude Yanti. Setelah tampak olehku lubang
memeknya, aku mulai menjilatinya dan sesekali memasukkan telunjukku ke
dalamnya. Dan tampaknya perempuan 40 tahun itu mulai merasakan kenikmatan.
Waktu terus berlalu dan aku tidak henti-hentinya menjilati dan terkadang memasukkan dua hingga empat jariku ke dalam memek Bude Yanti. Di antara desahan dan deru nafasnya yang memburu, sembari dengan mata terpejam perempuan 40 tahun itu tak jarang meremas-remas kedua payudaranya sendiri dan sesekali memelintir dan menarik puting susunya dengan kedua tangannya.
Melihat
tubuhnya yang montok dan tingkah lakunya yang seperti itu, gairah seksku seperti tidak dapat ditahan lagi. Perlahan-lahan aku berdiri dan mulai mendekap tubuh Bude Yanti dan menidurkannya di jok bagian belakang. Setelah itu ia mulai
membuka matanya dan dengan tampak sangat pasrah ia hanya mendesah-ndesah saat
aku mulai menindihnya dan dengan perlahan-lahan mulai memasukkan kontolku yang tegang ke dalam lubang memeknya. Tak henti-hentinya aku menjejal-jejalkan kontolku ke dalam lubang memek Bude Yanti yang hangat, lembek, lembut dan basah
itu.
Beberapa
menit kemudian saat aku terus mengocok kontolku di dalam jepitan hangat memek Bude Yanti, tiba-tiba aku merasakan akan menyemburkan sperma sebagai sebuah
tanda bahwa aku akan mencapai titik puncak kepuasan. Dan sekali lagi aku tidak ingin secepat itu mencapai titik klimaks. Aku masih ingin berlama-lama bercumbu
dan bersetubuh dengan tetanggaku ini. Dan dengan perlahan-lahan aku menarik kontolku keluar dari kehangatan memek Bude Yanti agar aku tidak memuncratkan
sperma secepat itu.
Tetapi
terlambat, sesaat setelah kontolku tercabut keluar dari lembutnya memek Bude Yanti, aku tidak tahan lagi menahan spermaku yang memaksa keluar dari dalam kontolku sehingga cairan putih kental pun muncrat dan berceceran di perut dan
sebagian lagi ke buah dada Bude Yanti. Bude Yanti kemudian mulai mengusap dan
meratakan cairan kental itu ke perut dan buah dadanya yang montok dan sesekali ia
meremas-remas payudaranya dengan kedua tangannya.
Sementara
itu aku masih berlutut di atas tubuh Bude Yanti yang sedang tidur telentang dan
dengan tangan kanan aku terus mengocok perlahan kontolku untuk mengeluarkan
sisa-sisa sperma yang masih tertinggal dan merasakan kenikmatan detik-detik akhir
puncak kepuasanku.
Cerita Seks Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum Seru, Cerita Sange, Cerita Nakal, Cerita Sex, Cerita Panas, Cerita Ngentot, Cerita Sex Ngentot, Situs Cerita Seks, Situs Cerita Bokep, Cerita Dewasa, Cerita ML, Situs Cerita Bokep, Cerita Nakal Panas Terbaru
*****BERSAMA KLUB4D PASTI BISA*****
BalasHapusMARI BERGABUNG BERSAMA KAMI DI KLUB4D BANDAR TOGEL TERBESAR DAN TERPERCAYA,KLUB4D MENYEDIAKAN DATA SGP | DATA HK | PENGELUARAN HK | PENGELUARAN SGP | KELUARAN HK | KELUARAN SGP
link alternatif :
https://klub4d.vip/
https://klub4d.website
http://94.237.53.108
http://klub4d.tech/
http://klub4d.life
seperti : OVO, Gopay, BRI Link, Link AJA, sAKUKU , DoKu ...
Tapi harus transfer ke rekening kita bossku ..