Cerita Seks Terbaru Berlatih Dengan Kakak |
Ia mengakui
terus terang kalau ia masuk sebuah klub lesbian di kampusnya, begitu juga
dengan kekasihnya. Waktu itu aku merasa jijik sekaligus iba padanya, karena aku
menyadari ada faktor psikologis yang mendorong kakakku untuk berbuat seperti
itu.
Kekasihnya
pernah mengecewakannya, kekasih yang dicintainya dan menjadi tumpuan harapannya
ternyata telah menikah dengan orang lain karena ia telah menghamilinya.
Kembali pada
masalah tadi, sejak itu aku jadi sering berbincang-bincang dengan kakakku
mengenai pengalaman seksnya yang menurutku tidak wajar itu. Ia bercerita,
selama menjalani kehidupan sebagai lesbian, ia sudah empat kali berganti
pasangan, tapi hubungannya dengan mantan-mantan pacarnya tetap berjalan baik.
Begitulah
kadang-kadang, ketika ia kembali mengajak pasangannya untuk tidur di rumah,
pikiranku jadi ngeres sendiri. Aku sering membayangkan kenikmatan yang tengah
dirasakannya ketika telingaku menangkap suara erangan dan rintihan.
Aku tergoda
untuk melakukannya. Pembaca, hubunganku yang pertama dengan kakakku terjadi
awal tahun 2010, ketika ia baru saja putus dengan pasangannya.
Ia memintaku
menemaninya tidur di kamarnya, dan kami menonton beberapa CD porno, antara tiga
orang cewek yang sama-sama lesbian, dan aku merinding karena terangsang secara
hebat mengingat kakakku sendiri juga seperti itu.
Awalnya, aku
meletakkan kepalaku di paha kakakku, dan ia mulai mengelus-elus rambutku.
“Aku sayang
kamu, makasih ya, mau nemenin aku”, katanya berbisik di telingaku.
Mendengar
hal itu, spontan aku mendongakkan wajah dan kulihat matanya berlinang, mungkin
ia teringat pada kekasihnya. Refleks, aku mencium pipinya untuk menenangkan,
dan ternyata ia menyambutnya dengan reaksi lain.
Di balasnya
kecupanku dengan ciuman lembut dari pipi hingga ke telingaku, dan di sana ia
menjilat ke dalam lubang telingaku yang membuat aku semakin kegelian dan
nafsuku tiba-tiba saja naik.
Aku tak
peduli lagi meski ia adalah kakakku sendiri, toh hubungan ini tak akan
membuatku kehilangan keperawanan.
Jadi
kuladeni saja dia. Ketika ia menunduk untuk melepaskan kancing-kancing
kemejaku, aku menciumi kuduknya dan ia menggelinjang kegelian.
“Oh..
All..”, desahnya.
Aku semakin
liar menjilati bagian tengkuknya dan memberi gigitan-gigitan kecil yang rupanya
disukai olehnya.
Ketika
kusadari bahwa kemejaku telah terlepas, aku merasa tertantang, dan aku membalas
melepaskan T-shirt yang ia kenakan. Ketika ia menunduk dan menjilati puting
susuku yang rupanya telah mengeras, aku menggelinjang. Kakakku demikian lihai
mempermainkan lidahnya, kuremas punggungnya.
“Oohh..
Kaakk, ah.. geli”, Ia mendongak kepadaku menatap mataku yang setengah terkatup,
dan tersenyum.
“Kamu
suka?”.
“Yah..”,
kujawab malu-malu, mengakui.
Ia kembali
mempermainkan lidahnya, dan aku sendiri mengusap punggungnya yang telanjang (kakakku
tak biasa pakai bra ketika hendak tidur) dengan kukuku, kurasakan nafasnya
panas di perutku, menjilat dan mengecup.
Aku
memeluknya erat-erat, dan mengajaknya rebah di peraduan, lantas kutarik tubuhku
sehingga ia berada dalam posisi telentang, kubelai payudaranya yang kencang dan
begitu indah, lantas kukecup pelan-pelan sambil lidahku terjulur, mengisap
kemudian membelai sementara jemariku bermain di pahanya yang tidak tertutup.
Aku
menyibakkan rok panjang yang dipakainya kian lebar, dan kutarik celana dalamnya
yang berwarna merah sementara ia sendiri mengangkat pantatnya dari kasur untuk
memudahkanku melepaskan CD yang tengah dipakainya.
Ketika aku
meraba ke pangkal pahanya, sudah terasa begitu basah oleh cairan yang
menandakan kakakku benar-benar sedang bergairah. Aku sendiri terus
menggelinjang karena remasannya di payudaraku.
Tapi aku
ingin lebih agresif dari pada dia, jadi kubelai lembut kemaluannya, dan
merasakan jemariku menyentuh clitorisnya, aku membasahi jemariku dengan cairan
yang ada di liang senggamanya kemudian kuusap clitorisnya, lembut pelan,
sementara ia mendesah dan kemudian meremas rambutku kuat-kuat.
“Oh..
Yeahh.. Ukkhh, ahh, terus, teruss, ahh”, celoteh kakakku dengan ributnya. Aku
terus mengusap clitoris kakakku, dan tiba-tiba kurasakan tubuhnya mengejang
kuat-kuat, jemarinya meremas punggungku, lantas ia merebah lemas.
Aku
memandang ke wajahnya yang bersimbah keringat, “Sudah Kak?” Ia mengangguk kecil
dan tersenyum.
“Thanks
yah”, aku mengedik.
Aku belum
puas, belum. Kukeringkan jemariku sekaligus kemaluan kakakku, kemudian aku
turun, dan menciumi pahanya.
“Ohh..
teruskan terus.. yeah.. terus..”, aku tak peduli dengan erangan itu, aku
mendesakkan kepalaku di antara kedua pahanya dan sementara aku mulai menjilati
selangkangannya, kulepaskan ritsluiting rok kakakku, dan menariknya turun.
Aku juga
melepaskan sendiri celana jeans pendek yang tengah kupakai, kemudian aku
memutar badanku sehingga kemaluanku berada tepat di atas wajah kakakku. Ia
mengerti dan segera kami saling menjilat, pantat serta pinggul kami terus
berputar diiringi desahan-desahan yang makin menggila.
Aku terus
menjilati clitorisnya, dan kadangkala kukulum, serta kuberi gigitan kecil
sehingga kakakku sering berteriak keenakan. Kurasakan jemarinya bergerak
mengelusi pantatku sementara tangan kirinya merayap ke pinggir dipan.
Sebelum aku
menyadari apa yang ia lakukan, ia menarik tanganku dan menyerahkan sebuah penis
silikon kepadaku.
“Kak?”,
bisikku tak percaya.
“Masukkan,
masukkaan, please..” Ragu, aku kembali ke posisi semula dengan ia terus
menjilati clitorisku, kumasukkan penis buatan itu perlahan-lahan, dan kurasakan
ia meremas pantatku kuat-kuat, pinggulnya berputar kian hebat dan kadang ia
mendorong pantatnya ke atas.
Aku sendiri
menyaksikan penis itu masuk ke lubang kemaluan kakakku dan asyik dengan
pemandangan itu, kusaksikan benda tersebut menerobos liang senggamanya dan aku
membayangkan sedang bersetubuh dengan seorang lelaki tampan yang tengah
mencumbui kemaluanku.
Lama kami
berada dalam posisi seperti itu, sampai suatu ketika aku merasakan ada sesuatu
di dalam tubuhku yang membuatku seolah merinding seluruh tubuh karena
nikmatnya, dan tahu-tahu aku menegang kuat-kuat, “okh.. kaakk.. ahh.. ahh!”
Tubuhku
serasa luluh lantak dan aku tahu aku telah mengalami orgasme, kucium paha
kakakku dan kumasukkan penis silikon itu lebih cepat, dan pada ritme-ritme
tertentu, kumasukkan lebih dalam, kakakku mengerang dan merintih, dan
terus-terang, aku menikmati pemandangan yang tersaji di depanku ketika ia
mencapai orgasme.
Terakhir,
aku mencium clitorisnya, kemudian perut, payudara dan bibirnya. Lantas ketika
ia bertanya, “Nyesel nggak?” aku menggeleng dengan tegas. Malam itu kami tidur
dengan tubuh telanjang bulat, dan sekarang kami kian sering melakukannya.
Cerita Sex | Cerita Dewasa | Cerita Mesum | Cerita Ngentot | Cerita Tante Sange |
Cerita ABG Bispak | Cerita Memek Perawan | Cerita Sedarah | Cerita Telanjang |
Tips Bercinta | Hot Bugil | Kisah Seks | Cerita Dewasa Terbaru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar