Sudah
lebih dari 5 jam Randi bersama 2 rekannya menunggu didepan pintu
kamar UGD (Unit Gawat Darurat) sebuah rumah sakit di kota metropolitan. Jeremi teman
mereka bersama pacarnya mengalami kecelakaan mobil yang lumayan parah tadi pagi
sehingga harus dirawat secara intensif di ruang UGD. Randi dan 2 rekannya merasa
berkewajiban untuk membantu teman karibnya karena pihak keluarga Jeremi belum ada
satupun yang muncul di rumah sakit.
Cerita Seks Tubuh Mulus Pegawai Apotik Penawar Birahiku
Jeremi merupakan anak tunggal dan kedua orang tuanya berada di sebuah negara Eropa
Timur sebagai staff kedutaan besar. Sedangkan keluarga-keluarga dekat Jeremi masih
belum tiba karena tinggal di luar pulau Jawa seperti Pontianak, Tarakan dan
Manado. Beruntunglah Jeremi memiliki karib seperti Randi dan 2 rekannya yang lain
untuk mengurus keperluannya sewaktu dirawat di UGD.
Seorang
perawat keluar dari ruang UGD dan menuju ke arah Randi sambil membawa sebuah
kertas di tangannya.
“Mas, ini
resep dokter yang harus segera dibelikan obatnya agar teman Mas besok pagi
dapat langsung disuntik dengan obat itu” ungkap perawat tersebut kepada 3
pemuda yang sudah kelihatan lelah.
“Kira-kira
di apotik rumah sakit ini obat itu ada nggak, Mbak?” tanya seorang rekan Randi.
“Kalau ada
saya nggak akan minta tolong pada kalian” jawab perawat singkat.
“Yuk,
dicari!” ajak Randi pada 2 temannya.
“Sebentar
Mas” cegah perawat itu.
“Kalian
yang mempunyai golongan darah sama dengan Jeremi sebaiknya tinggal disini,
jaga-jaga kalau teman kalian membutuhkan darah lagi dan persedian kami habis” meneruskan keterangannya.
Akhirnya 3
pemuda itu berembuk dan memutuskan agar Randi saja yang mencari obat dan 2
temannya tetap tinggal. Randi mengeluh dalam hati sambil mengendarai mobil,
'Cari
apotik yang buka jam 1 pagi ini pasti susah, aku nggak seberapa hapal jalan
Jakarta lagi'.
Setelah
berkendaraan selama 10 menit akhirnya dia menemukan sebuah apotik yang masih
buka tapi setelah dimasukinya pegawai apotik tersebut menyatakan kalau obat
yang dicari Randi tak ada.
Kejadian tersebut berulang sampai 4 kali dengan
alasan yang mirip,
“Obat itu
habis”, “Besok siang baru siap” dan sebagainya.
Demi teman
yang saat ini tergolek di ranjang UGD, Randi tak berputus asa meskipun tubuhnya
sudah lelah dan ngantuk.Tanpa berharap banyak Randi memarkir mobilnya didepan
apotik kecil di ujung jalan yang sempit.
“Paling-paling
nggak ada lagi” pikir Tedy sambil menyerahkan resep obat yang dicarinya kepada
pegawai apotik itu, seorang wanita berumur 30-an.
“Silakan
tunggu dulu, saya carikan” ucap wanita itu dengan sopan.
Dia mencek
dengan komputernya, lalu masuk ke ruangan berdiding kaca transparan yang
terlihat penuh laci obat, keluar lagi dan terus masuk ke ruangan tertutup.
Wanita itu keluar bersama seorang pria berumur 50-an dengan wajah masih
ngantuk. Sambil mengenakan kaca matanya pria itu berkata pada Randi,
“Dik, obat
ini agak langka, menyiapkannya butuh waktu 1 jam dan yang bisa menyiapkan cuma
cabang kami yang berada di Depok. Sebaiknya adik langsung aja mendatangi kesana
atau kalau adik mau nunggu biar pegawai kami yang ngantar kesini, gimana?”.
Langsung
dijawab Randi “Saya tunggu aja disini, Pak! Capek Pak saya putar-putar carinya!
Berapa, Pak?”.
Dijawab
oleh wanita disebelah pria itu “Totalnya Rp 556.500,-”.
Dalam hati Randi menggerutu 'Busyet, habis nih sisa gajianku!'.
Jam di
dinding apotik menunjukkan setengah dua, hawa sejuk pagi masuk melalui jendela
apotik membuat Randi yang baru saja duduk beberapa menit di ruang tunggu menjadi
ngantuk. Matanya yang agak sayu mulai menatap wanita yang sibuk di kounter
apotik itu, sementara itu pegawai pria yang tadi sudah tak terlihat lagi. Dalam
hati Randi mulai berdialog dengan dirinya sendiri untuk menghilangkan kebosanan.
'Kalau
diperhatikan cewek itu cakep juga ya, rambutnya hitam panjang, kulitnya sawo
matang, wajahnya mirip siapa? oh iya kayak penyanyi yang namanya Memes, tingkah
lakunya anggun dan sopan, persis deh, bodinya juga kelihatan oke, bego sekali
aku baru menyadarinya sekarang'. Tatapan mata Randi yang semula sayu menjadi
berbinar-binar seolah memandang hidangan lezat sewaktu lapar.
Rasa ngantuknya lenyap dalam keheningan ruangan apotik yang hanya ada dia dan pegawai wanita itu. Dengan mulai berkurangnya aktifitas pegawai wanita itu, ia mulai merasa kalau sedang diperhatikan. Sedikit curi pandang ke arah Randi, perasaannya terbukti benar. Pemuda langsing tinggi, 25-an tahun tapi lumayan tampan yang duduk didepannya memandang ke arahnya tanpa berkedip. Randi akhirnya merasa kalau tatapannya dirasakan oleh wanita itu. Perhatian Randi beralih ke barang-barang yang ada di outlet apotik itu. Bangkit dari tempat duduknya sambil membungkukkan badan ia melihat satu persatu barang dalam etalase kaca. Dengan penasaran pegawai wanita itu bertanya pada Randi.
“Mencari
apa, Mas?”
“Hanya lihat-lihat
kok Mbak!” jawab Randi, tapi pandangannya tertuju pada sederet kotak kondom
dengan berbagai merk dan hal ini tak luput dari perhatian wanita itu.
Perhatian Randi pada deretan kotan kondom itu begitu nampak karena dia benar-benar lagi
membandingkan kelebihan setiap merk kondom dengan lainnya melalui
tulisan-tulisan yang ada pada kotaknya. Tanpa malu-malu Randi bertanya pada
pegawai wanita itu,
“Mbak, yang
merk “A” ini harganya berapa?” dijawab oleh wanita itu.
“Kalau
yang “B”?”
“Kalau
yang “C”?” Semua pertanyaan itupun dijawab oleh pegawai wanita itu.
Dengan
wajah bingung Randi menegakkan kembali badannya sambil mendekat ke arah pegawai
itu.
“Mbak,
yang bagus yang mana?” tanyanya lirih dengan wajah lugu.
Pegawai
wanita itu menjawab dengan menggelengkan kepalanya serta tersenyum malu. Dengan
wajah kecewa tak memperoleh jawaban, Randi membalikkan badan lalu keluar dari
apotik itu dan mengambil kotak rokoknya dari sakunya. Bersandar pada kusen
pintu apotik, Randi menikmati setiap sedotan asap rokoknya. Tanpa disadarinya
pegawai wanita tadi sudah ada disampingnya dan mengagetkannya dengan
permintaannya,
“Mas,
boleh minta rokoknya?” Bagai orang dihipnotis Randi mengulurkan kotak rokok dan
koreknya kepada wanita.
Randi merasa kaget campur bingung dan heran menatap wanita disampingnya sedang
menikmati sedotan pertama pada sebatang rokok.
“Nggak
usah bengong Mas, emangnya kenapa?” tanya wanita itu.
“Ah, Nggak,
nggak heran kok, sehari habis berapa pack biasanya, Mbak?” tanya Randi sedikit
menggoda.
“Saya
merokok kadang-kadang aja kok, Mas!” jawab wanita itu.
Setelah
itu mereka mengobrol akrab bak 2 orang yang telah lama berkenalan.
“Mas, tadi
tanya soal kondom, apa sudah menikah?” tanya wanita itu.
“Belum,
makanya saya bertanya, Mbak sudah?” jawab Randi dan berbalik bertanya.
“Sudah 5
tahun” jawab wanita sambil menunjukkan kekecewaan di wajahnya.
“Wah,
sudah pengalaman dong, jadi menurut Mbak, sewaktu suami Mbak pakai kondom yang
enak rasanya yang merk apa?” tanya Randi seakan hal itu menjadi teka-tekinya.
“Apa kamu
sudah punya pacar?” tanya balik wanita itu.
Dengan
menggelengkan kepala, Randi menunduk malu seolah sadar bahwa dia menunjukkan
keluguannya, lalu dia berusaha menutupinya dengan berkata,
“Tapi
gini-gini pengalamanku nggak kalah sama Mbak! Cuman saya nggak pernah pakai
kondom”
“Oh, ya?
saya percaya kok” sindir wanita itu.
“Kalau
nggak percaya boleh dicoba!” tantang Randi.
Dengan
wajah yang memerah dan tersenyum, wanita itu membuka pintu apotik lalu masuk
kembali setelah membuang puntung rokoknya, meninggalkan Randi seorang diri.
Dengan menggeleng-gelengkan kepala Randi merasa sangat tolol setelah menyadari
kalau dia baru saja mengeluarkan kata-kata yang paling bodoh sepanjang
pengalamannya berkenalan dengan cewek. Bahkan saat ini dia belum mengetahui
nama dan alamat wanita yang baru saja bercakap-cakap dengannya selama 30 menit.
Sebuah hasil yang dapat menjatuhkan pamor yang dikenal teman-temannya sebagai
seorang yang ahli memperoleh data tentang cewek dalam berkenalan.
Tak lama
kemudian Randi juga kembali masuk kedalam apotik dan mendapati pegawai pria
apotik itu telah duduk dimeja counter. Merasa ingin buang air kecil, Randi menanyakan letak toilet kepada pria itu. Sesuai petunjuk pria tadi, Randi memasuki lorong panjang dalam apotik itu dan akhirnya menemukan kamar mandi
setengah terbuka yang kelihatan sangat bersih. Dengan terburu-buru Randi masuk
dan langsung membuka resleting celana jeansnya dan segera mengeluarkan penisnya
dari dalam CDnya lalu “Ah.. Lega rasanya!”
Rupanya Randi melupakan menutup pintu kamar mandi. Dan karena lagi menikmati buang air
kecil dia tak merasakan kalau di belakangnya sudah berdiri pegawai wanita tadi
sambil mengamati bentuk dan ukuran penis Randi yang lagi menyemburkan cairan
urine bak ujung selang. Setelah membersihkan penisnya dengan tissu yang ada
disampingnya, ia terkejut setengah mati merasakan pundaknya dipegang tangan
halus dan punggungnya merasakan geseran dengan 2 benda tumpul yang lunak.
Menoleh ke belakang ia melihat wajah pegawai wanita tadi.
Dengan
napas lega Randi berkata “Kukira hantu, sampai hampir pingsan rasanya!”.
“Aku mau
buktikan ucapan Mas diluar tadi!” ucap wanita itu sambil tangan kanannya
bergerilya memegang pangkal penis Randi.
Tanpa
dikomando burung Randi langsung mendongkak keatas memberi penghormatan atas
rangsangan genggaman halus tangan wanita itu. Diikuti helaan napas yang dalam
wanita itu menggeser-geserkan daerah vitalnya yang masih berada dibalik rok dan
CDnya ke pantat Randi. Dengan serta merta Randi memutar bagian tubuhnya hingga
berhadapan dengan wanita itu. Lepaslah genggaman wanita itu pada penis Randi,
tapi pantatnya jadi gantinya, diremas dan ditariknya kearah tubuh wanita itu.
Dua bibir saling bertautan, cumbuan dibalas cumbuan, keduanya saling bercumbu
dengan gairah yang luar biasa.
Dua tangan Randi menemukan pantat wanita itu dan
meremasnya sambil menarik ketubuhnya. Penis Randi terhimpit dan bergesek dengan
bagian depan rok wanita itu tepat pada daerah sekitar alat vitalnya, sementara
buah dadanya terhimpit dada Randi. Di bagian bawah gesek menggesek 2 alat vital
yang berlainan jenis menimbulkan efek yang semakin menjadi-jadi meskipun masih
terhalang oleh rok dan CD wanita itu. Di bagian tengah dimana gesekan payudara
yang semakin mengeras pada dada Randi juga terhalang oleh BH, pakaian wanita itu
dan kaos Randi. Bagian ataslah yang baru bebas dari segala penghalang, lidah Randi masuk dalam mulutnya dan mengusap lidah wanita itu dengan liarnya dan
dibalas dengan sedotan dari mulut wanita itu, hal ini terjadi silih berganti
sementara kedua bibir saling melekat satu sama lainnya.
Selang
beberapa waktu terjadi genjatan senjata. Kedua pihak saling melepas halangan
yang ada. Pakaian terusan wanita itu sekarang sudah terlepas semua kancing
depannya hingga bagian depan tubuhnya terbuka bebas. Celana jeans dan CD Randi juga sudah sampai kebawah, juga kaosnya yang benar-benar lepas tersampir di
gagang pintu kamar mandi sempit yang tertutup. Wanita itu kemudian melingkarkan
tangannya kebelakang untuk melepas kancing BHnya, Randi memanfaat momen itu
dengan berjongkok dan mencumbu perut wanita itu sambil melorotkan CD wanita itu
hingga lepas. Bersamaan dengan lepasnya BH wanita itu, cumbuan bibir Randi juga
bertemu bibir vaginanya. Desahan dan erangannya merasuki otak Randi, sedotan
mulutnya pada vagina wanita itu diikuti dengan permainan lidah di klitoris.
Kedua
tangan bebas wanita itu segera menangkap dan menarik bagian belakang kepala Randi ke arahnya hingga muka Randi terhimpit diselakangannya. Sedotan mulut Randi bertambah kuat bak pompa air yang lagi menyedot sumur. Sesekali wanita itu agak
menjongkok dan dengan tarikan kuat pada kepala Randi hingga juluran lidah Randi dapat masuk kedalam lubang vaginanya yang paling dalam. Rangsangan hebat yang
diberikan Randi menghasilkan gelombang kejut pada wanita itu, denyut-denyut
dinding vaginanya mengantarkan keluarnya cairan kental. Bergelinjang dalam
keadaan berdiri membuatnya terhuyung lemas namun beruntung dinding kamar mandi
itu telah dekat dengan punggungya hingga tersandarlah punggungnya di dinding.
Dekapan Randi setelah bangkit dari jongkoknya juga membantu wanita itu untuk
tetap berdiri sambil bersandar pada dinding kamar mandi.
Dalam
dekapan Randi, mata wanita itu terpejam merasakan kepuasan sesaat, payudaranya
menempel pada dada Randi yang berbulu tipis, dan napasnya yang tadinya
terengah-engah mulai teratur kembali. Penis Randi menempel ketat pada daerah
kemaluan wanita itu hingga merasakan kehangatan yang basah. Randi mulai mencumbu
mulut wanita itu dan sedikit demi sedikit diber jalan hingga pergumulan kedua
mulut tak dapat dihindarkan kembali. Diikuti gerakan pinggul dan pantat,
mengakibatkan geseran penis Randi pada bibir vagina wanita mulai terasa
nikmatnya bagi kedua belah pihak. Lalu wanita itu membuat rangkulan tangan
serta usapan di punggung dan belakang kepala Randi. Terprovokasi oleh rangsangan
yang diberikan wanita itu, Randi mulai sedikit berjongkok hingga ujung penisnya
menempel bagian depan lubang vagina lalu dengan gerakan meluruskan kembali
kakinya, naik dan masuklah seluruh batang kemaluannya kedalam liang kenikmatan
wanita itu yang telah licin dengan tiba-tiba. Kaget oleh sentakan Randi,
keduanya melepaskan ciuman mulut,
“Akh..!” jerit wanita itu dengan mulut terbuka
dan
diikuti dengan desahan,
“Ah.. ah..
ah..” ketika Randi memompa batang kemaluannya kebawah dan keatas.
Dua insan
berlainan jenis telah memulai hubungan sebadan sambil berdiri dalam kamar mandi
apotik yang sempit. Mulut Randi mulai menghisap bagian kiri leher wanita itu
lalu sesekali pada telinga kirinya. Dengan berputarnya waktu dan berbagai
rangsangan yang saling diterima keduanya, wanita itu semakin merasa lemas pada
bagian kakinya karena memaksakan diri untuk merengguk kepuasan meskipun telah
berorgasme 2 kali. Akhirnya dengan tetap menyandarkan punggungya pada dinding
kamar mandi ia meminta tangan Randi untuk menahan pantatnya lalu mengaitkan
kedua kakinya pada bagian belakang kaki Randi. Sambil membopong wanita itu Randi tetap melakukan pemompaan batang kemaluannya pada vagina wanita itu. Kekuatan Randi ada batasnya, akhirnya dilepaskannya kaki kanan wanita itu agar dapat
menopang tubuh wanita itu sendiri. Dengan tangan kanan tetap memegang paha kiri
wanita itu, Randi mempercepat gerakan pompanya.
“Aduh Mas
aku mau keluar lagi, ssh..” ucap wanita itu sambil menggigit bibir atasnya.
Randi pun
segera melepas beban yang sedari tadi ditahannya, penisnya berdenyut hebat
dalam liang kenikmatan, menyemprotkan cairan sperma bagai semburan ular
berbisa. Merasakan semburan cairan hangat dalam liangnya, wanita itu pun tak
kuasa menahan orgasmenya. Keduanya saling berangkulan sampai penis Randi keluar
dari liang kenikmatan dalam keadaan kosong dan lemas. Diakhiri dengan saling
ciuman bibir, keduanya membersihkan diri, mengenakan kembali pakaian yang
lepas, dan keluar dari kamar mandi.
Randi melihat waktu pada jam dinding apotik menunjukkan pukul 3 pagi dan setelah
menerima obat pesanannya yang baru tiba itu dari pegawai pria apotik itu, dia
langsung keluar menuju mobilnya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi
hingga sampai rumah sakit tempat kawannya dirawat.
Kemudian dia memberikan obat serta kopi resepnya itu pada perawat jaga lalu duduk termenung di ruang tunggu sambil berusaha mengingat kejadian sensasional di apotik tadi. Lalu dari kejauhan lorong rumah sakit didepannya dia melihat Jono dan Dio, kedua kawannya, keluar dari sebuah ruangan dengan wajah suka cita, diikuti 2 perawat, yang seorang berumur 40-an dan satunya 20-an. Kedua perawat yang berjalan dibelakang Jono dan Dio terlihat sedang membetulkan seragamnya dan berusaha menutup kancing bagian atasnya. Pemandangan ini tak luput dari penglihatan Randi. Kira-kira apa yang telah dilakukan Jono dan Dio? Donor darah merah atau putih? Kenapa mereka kelihatan senang sekali? Itulah semua pertanyaan dalam benak Randi.
Kemudian dia memberikan obat serta kopi resepnya itu pada perawat jaga lalu duduk termenung di ruang tunggu sambil berusaha mengingat kejadian sensasional di apotik tadi. Lalu dari kejauhan lorong rumah sakit didepannya dia melihat Jono dan Dio, kedua kawannya, keluar dari sebuah ruangan dengan wajah suka cita, diikuti 2 perawat, yang seorang berumur 40-an dan satunya 20-an. Kedua perawat yang berjalan dibelakang Jono dan Dio terlihat sedang membetulkan seragamnya dan berusaha menutup kancing bagian atasnya. Pemandangan ini tak luput dari penglihatan Randi. Kira-kira apa yang telah dilakukan Jono dan Dio? Donor darah merah atau putih? Kenapa mereka kelihatan senang sekali? Itulah semua pertanyaan dalam benak Randi.
Cerita Seks, Cerita Sex Terbaru, Cerita Mesum, Cerita Bokep, Cerita ML, Cerita Dewasa, Cerita Hot, Cerita Panas, Cerita Bokep Panas, Kisah Seks, Cerita Perselingkuhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar